5. Pernikahan

4.3K 169 6
                                    

Masih dua minggu yang lalu.

Masalahnya adalah Vanessa itu adalah dosen Ryan. Jadi, pada tau kan bagaimana sikap mahasiswa ke dosen? Yang selalu sopan dan santun. Yah yang pokoknya menghormati dosenlah. Dan harusnya hal itu diwaspadai oleh Ryan sebelum menikahi Vanessa. Jangan sampai ia salah bertindak. Ehm ... ya seperti selesai akad itu misalnya.

Jadi, setelah penghulu menutup acara itu dengan doa bersama, maka kedua mempelai dipersilakan untuk saling bersalaman. Nah nah nah. Ini hal pertama yang tidak diantisipasi oleh Ryan sebelumnya.

Ryan mengulurkan tangannya dan langsung disambut oleh Vanessa. Eh, setelah itu spontan saja Ryan yang mengangkat tangannya untuk mencium tangan Vanessa. Sementara itu, Vanessa juga berniat mengangkat tangan Ryan untuk mencium tangan Ryan. Kedua kepala sama-sama menunduk. Alhasil, dua dahi bertemu. Terantuk. Dan mereka berdua spontan mengaduh dengan kompak.

"Aduh!"

"Ya ampun."

Sontak saja tawa para undangan pecah seketika melihat kejadian itu.

"Hahahaha."

Sedangkan Ryan dan Vanessa, antara malu dan sakit, mau tak mau pun turut tertawa pula bersama para undangan. Yah, lebih baik tertawa bersama daripada hanya ditertawai kan ya?

Dan ketika itulah terdengar perkataan Gusnandar.

"Ini pasti akan menjadi pernikahan yang membawa kebahagiaan. Jarang sekali ada pernikahan yang diiringi oleh tawa semeriah ini."

Bisa ditebak, tawa pun semakin meledak.

Ryan hanya bisa menghela napas dalam-dalam. Tidak yakin perkataan eyangnya itu sungguh-sungguh atau hanya sekadar main-main. Walau Ryan yakin, persentase main-mainnya pasti lebih banyak.

Cowok itu lantas berusaha untuk menenangkan diri walau rasa malu masih terasa di wajahnya. Padahal ya kan, Ryan sudah berusaha sekuat tenaga untuk melancarkan setiap hal sore itu. Terutama saat akad tadi loh.

Sesaat sebelum prosesi paling penting itu terjadi, Ryan sempat gugup dan khawatir kalau dia salah menyebut nama Vanessa. Namun, ternyata ia berhasil melalui hal itu dengan baik. Ia sendiri bahkan sempat kaget mendapati lidahnya lancar ketika menyebut nama wanita itu. Bisa dikatakan itu justru membuat Ryan tak percaya bahwa ia mampu melewati hal sakral itu dengan keadaan yang masih utuh. Dia sempat berpikir mungkin jantungnya akan meledak loh ya. Saking tegangnya dia.

Sekarang, Ryan tidak tau apakah tawa yang pecah itu sebenarnya menguntungkan atau merugikan dirinya. Ya karena walau sedikit memalukan bagi dirinya, tapi setidaknya tawa yang pecah itu ternyata lumayan menenangkan debar jantungnya.

Hanya saja sepertinya kelegaan perasaan Ryan sepertinya tidak berlangsung lama. Ia terlupa oleh sesuatu yang penting. Dan ternyata selepas dari sesi tawa terbahak-bahak selesai, mereka kembali diingatkan oleh para orang tua di sana. Mereka belum melakukannya. Melakukan apa? Ya melakukan itu tadi, kan prosesi cium tangan tadi belum jadi loh.

Ryan meneguk ludahnya.

Kali ini ia mengultimatum dirinya sendiri.

Ini bukan kamu yang harus cium tangan Bu Vanessa, Yan. Tapi, Bu Vanessa yang harus cium tangan kamu.

Oke!

Ryan menunggu dengan jantung yang berdebar kencang saat dilihatnya Vanessa meraih tangannya dan perlahan mencium punggung tangannya.

Ya Tuhan.

Selama ini Ryan hanya melihat bibir Vanessa ketika bicara dan menjelaskan materi di depan kelas. Bukan melihat bibir itu mencium tangannya.

Kuliah Tapi Menikah 🔞 "FIN"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang