37. Satu Momen

2K 114 0
                                    

Vanessa merasa nyaman. Rasanya hangat dan menenangkan. Membuat ia seperti sedang terbuai. Mendorong ia untuk semakin beringsut. Semakin mendekat. Semakin merapat pada sumber kehangatan dan kenyamanan itu.

"Ehm ...."

Vanessa melenguh panjang. Merasakan kehangatan dan kenyamanan itu melingkupi dirinya dengan begitu erat. Terasa seluruh tubuhnya seperti benar-benar dipeluk dengan erat.

Bentar!

Vanessa yang semula ingin benar-benar melanjutkan tidurnya setelah sedikit terjaga, mendadak saja merasa sesuatu yang aneh. Sesuatu itu rasanya seperti.

"Ssst ... ssst ... ssst .... Bobok yang nyenyak ya, Vanessayang."

Vanessayang?

Cuma ada satu makhluk yang memanggil namanya seperti itu.

Dan makhluk itu adalah ....

Vanessa membuka kedua matanya. Tapi, jarak pandangnya terbatas. Ia hanya mampu melihat satu benda bewarna hitam. Tepatnya benda itu adalah baju.

Glek.

Oke, pikir Vanessa. Di depan mata aku ada baju. Tepatnya baju yang dipake seseorang.

Vanessa memejamkan matanya. Menggigit bibir bawahnya.

Nggak mungkin.

Ini pasti mimpi.

Tapi ....

Vanessa mendadak merasakan usapan di sepanjang punggungnya. Usapan itu bermula dari bawah tekuknya, meluncur mulus sampai ke bawah, dan berhenti tepat di garis bokongnya.

Jantung Vanessa terasa berhenti berdetak. Terutama ketika usapan itu terjadi lagi di detik selanjutnya. Berulang kali.

Mata Vanessa memejam dramatis. Mengatupkan mulut rapat-rapat dan lalu tanpa peringatan kedua tangannya bergerak mendorong dadá itu.

"AAAH!"

Jeritan Ryan menggema di kamar Vanessa. Dan dengan cepat jeritan kaget itu tergantikan oleh suara gedebuk tatkala Ryan terjatuh langsung dari tempat tidur.

"Dasar cowok meśum!"

"Aduh aduh aduh!" lirih Ryan di lantai. "Pagi-pagi bukannya dapat morning kiss, eh ini malah dapat morning accident."

Menggeram, Vanessa mengambil satu bantal dan langsung melemparnya pada Ryan yang baru saja berencana untuk bangkit. Eh! Bantal mendarat di wajahnya.

Ryan mengamankan bantal di pangkuannya. Wajahnya terangkat menatap Vanessa dengan cemberut.

"Masih pagi ini, Sa, ya ampun. Masa aku yang langsung kena hajar sih?" tanya cowok itu. "Nggak ada salah apa pun mendadak yang langsung didorong sampe jatuh ke lantai."

Mata Vanessa membulat. Tangannya terangkat, menunjuk pada Ryan. "Kamu itu ya. Mentang-mentang aku lagi nggak enak badan. Sembarangan kamu mau meraba-raba aku! Nyari kesempatan kamu, Yan!"

Dan seiring dengan jeritan itu, Vanessa kembali meraih bantal. Langsung melemparnya lagi pada cowok itu.

Tapi, Ryan dengan sigap menangkap bantal tersebut. Kali ini ia bangkit. Seraya menjepit kedua bantal di masing-masing sisi tubuhnya. Ia berjalan. Mendekati Vanessa di atas tempat tidur.

Vanessa mengangkat wajahnya. "Kamu kali ini bener-bener kelewatan," geram Vanessa.

"Hah!" Ryan mendengus. "Aku kelewatan?" tanya Ryan. "Eh, Nyonya Wicaksana yang terhormat ..."

Mata Vanessa mengerjap mendengar Ryan memanggilnya seperti itu.

"... aku nggak tau kalau flu bisa ngebuat orang amnesia," lanjut Ryan dengan tatapan bingung. "Tapi, kayaknya pagi ini otak kamu bermasalah deh."

Kuliah Tapi Menikah 🔞 "FIN"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang