Ryan mengunyah makan malam itu dengan begitu perlahan. Sepertinya satu suapan dirinya kali ini benar-benar dikunyah sebanyak tiga puluh tiga kali, baru kemudian ia telan. Seolah ia sedang sangat peduli dengan organ pencernaannya. Yang mana itu merupakan hal yang tidak biasanya Ryan lakukan. Sedikit aneh.
Namun, berbicara mengenai keanehan Ryan, ternyata tidak cukup sampai di situ. Selanjutnya seraya mengunyah makan malamnya, Ryan terlihat tampak berulang kali mengerjapkan matanya. Terutama ketika sendoknya terangkat. Menyuap nasi beserta perkedal kentang yang terasa sekali kornet di sana.
Mata Ryan mengerjap lagi.
Makin menyesap rasa nikmat itu.
Sadar atau tidak, tapi tingkah lakunya yang berbeda kala itu dirasakan pula oleh Vanessa. Gadis itu mengerutkan dahinya. Merasakan ada sesuatu yang tak biasanya pada Ryan kala itu.
Vanessa berusaha menahan keinginannya untuk bertanya. Tapi, ya ampun. Keheningan yang menemani mereka menikmati makan malam itu justru membuat Vanessa bergidik takut. Tak biasanya Ryan diam. Pada akhirnya, ia pun bertanya.
"Ehm ... kenapa?"
Suara Vanessa menyapa indra pendengaran Ryan, menggugah diri cowok itu. Membuat Ryan mengangkat wajah dan menatap Vanessa di hadapannya, alih-alih terus menerus menatap piringnya yang berisi aneka lauk seperti yang ia lakukan sedari tadi. Seolah makanan di piringnya itu bisa meloncat dan berlari kalau tatapan matanya berpaling sedikit saja.
"Ya?"
Ryan justru balik bertanya. Wajahnya menyiratkan kebingungan akan pertanyaan Vanessa yang tiba-tiba.
"Kenapa apa?"
Vanessa terlihat menelan makanannya sebelum bertanya seraya melirik piring Ryan. Memperjelas maksud pertanyaannya.
"Kamu kenapa? Lagi mikirin sesuatu? Kok berasa dari tadi kamu makan sambil mikir gitu?" Lalu pandangannya jatuh kembali pada piring Ryan. "Ada yang salah dengan makanannya?"
Mata Ryan mengerjap lagi. Lalu menarik napas sejenak. Terlihat seperti orang bingung yang perlu mencerna maksud dari pertanyaan Vanessa terlebih dahulu.
"Oh ... itu ...."
"Kenapa?" tanya Vanessa lagi. Terlihat tak sabaran untuk menunggu lanjutan jawaban Ryan hingga kembali bertanya. Kali ini sedikit menebak. "Makanan ini nggak enak ya?"
Ryan menarik napas dalam-dalam. Bisa melihat bagaimana sepasang sendok dan garpu di tangan Vanessa tampak berhenti bergerak sekarang. Gadis itu menatap dirinya seraya meletakkan sendoknya di piring. Menunggu jawaban darinya.
Mata Vanessa berkedip dua kali. Terlihat meneguk ludahnya sekilas. Seolah orang yang sedang gugup.
"Ka-kalau nggak enak ya kita bisa delivery makanan lain sih," kata Vanessa pelan. "Aku tadi pikir karena promo makanya beli di sana. Aku pikir makanannya enak."
Ryan menatap mata Vanessa untuk beberapa detik. Tapi, gadis itu justru melarikan tatapannya ke arah lain. Hal itu membuat Ryan sejenak terdiam. Lalu, ia tersenyum.
"Bukan gitu sih sebenarnya."
Mata Vanessa kembali pada Ryan. "Terus?"
Tak langsung menjawab pertanyaan itu, Ryan justru mengulurkan tangannya. Ia mengambil sepotong perkedel kentang lainnya. Meletakkannya di piringnya, tepat di sebelah sepotong perkedel kentang lainnya yang sudah tinggal sedikit itu.
Menatap perkedel kentang, Ryan baru kemudian menjawab.
"Perkedel ini mengingatkan aku sama acara arisan Mama tempo hari."
![](https://img.wattpad.com/cover/304473930-288-k88711.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Kuliah Tapi Menikah 🔞 "FIN"
RomanceJudul: Kuliah Tapi Menikah Genre: Romantis Komedi Manis (18+) Status: Tamat Cerita Kedua dari Seri "Tapi Menikah" Buat yang belum dewasa, sangat tidak disarankan untuk membaca! ********* "BLURB" Masa sih menikahi dosen sendiri? Yang benar saja. Riz...