6. Pelepasan Orang Tua

3.8K 154 1
                                    

Dan sekarang, kalau Ryan mengingat kembali kejadian pada hari itu, ia selalu saja merasa berbagai rasa berkumpul menjadi satu dan bergejolak. Ya malu, ya senang, ya lucu, ya miris pun ada. Pokoknya semuanya paket komplit tambah kerupuk deh. Itu baru yang dinamakan pernikahan bukan kaleng-kaleng.

Nah, jadi pada pagi itu setelah tragedi jeritan Vanessa yang entah bagaimana panik karena mendapati dirinya tertidur di pelukan seorang cowok, yang sebenarnya adalah suaminya sendiri, mereka lantas berdiskusi singkat. Ryan, Vanessa, Ilana, dan Herman membicarakan mengenai kehidupan mereka selanjutnya.

Diskusi pagi itu dilakukan di meja makan dan dilalui dengan santai. Hingga kemudian berujung pada satu kesepakatan, untuk beberapa saat Vanessa masih akan tinggal bersama dengan orang tuanya selagi menunggu rumah yang akan ditempati mereka berdua siap untuk dihuni.

Ryan dan Vanessa saling tatap untuk beberapa saat kala itu. Mereka bertanya-tanya apakah mereka akan tinggal bersama di rumah depot Ryan atau bagaimana. Dan ternyata tanda tanya di benak mereka langsung terjawab sudah.

Gusnandar, sebagai orang yang merasa begitu paling bahagia untuk pernikahan itu memberikan mereka satu apartemen. Tidak tanggung-tanggung. Apartemen mewah untuk pengantin baru.

Karena pernikahan mereka dilakukan mendadak, jadi ya otomatis ketika mereka menikah apartemen itu belum siap. Maka mereka harus menunggu dua minggu lagi agar apartemen itu siap dari listrik, air, gas, hingga semua perabotan rumah tangga lainnya. Saat itu Ryan benar-benar merasa tidak enak, namun Gusnandar berkata.

"Selagi orang tua mampu dan mau ngasih ya diterima. Jangan ditolak. Ini namanya rezeki orang nikah. Pamalik nolak rezeki pengantin baru. Bisa-bisa malah susah rezeki ntar. Lagipula, susah payah Eyang nyari apartemen itu. Jendelanya menghadap ke timur. Anginnya pas. Tepat juga untuk menyambut bulan purnama. Itu rumah yang penuh keberkahan. Pas untuk pengantin baru."

Ryan akhirnya ya manggut-manggut seraya menjawab.

"Nggih, Ndoro, nggih."

Ryan sih lebih memilih mengangguk kalau Gusnandar sudah bicara membawa segala macam bentuk perhitungannya itu. Daripada ribet.

Mengenai makan malam hari ini, sebenarnya ini semacam pelepasan kalau Ryan mengatakannya. Pelepasan orang tua mereka untuk membiarkan Ryan dan Vanessa pindah ke tempat mereka yang baru. Maka jangan ditanya betapa antusiasnya Ryan saat itu.

Setelah bercermin secukupnya, Ryan segera beranjak ke kamar mandi yang berada di dekat dapur. Tanpa merasa perlu menutup pintu kamar mandi itu, Ryan santai saja membuka kemejanya.

Dua tangan Ryan meremas kemeja itu, membentuknya hingga menyerupai bola, dan lalu ia melompat kecil.

"Syuuut!"

Bola kemeja meluncur mulus dan masuk ke keranjang pakaian kotor.

"Yes!"

Cowok itu kemudian pun beralih menanggalkan celana jeans yang ia kenakan dan juga melemparkannya ke keranjang itu. Yah, termasuk dengan pakaian dalamnya. Lalu, byur ... byur .... Ryan pun mandi.

Dia mandi dengan begitu teliti dan bersih. Telinga ia bersihkan, kuku ia potong, ia pun cukuran. Wah wah wah!

Ryan tersenyum pada cermin di sana.

Ckckckck. Aku nggak heran sih kalau nanti Taylor Swift beneran naksir aku.

Aduh!

Ryan menepuk dahinya.

Maaf, Taylor.

Aku sudah terlanjur dimiliki Vanessa.

Kamu harus bisa mencari pengganti aku.

Kuliah Tapi Menikah 🔞 "FIN"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang