17. Tak Dapat Dipercaya

1.9K 120 0
                                    

Jangankan dua kantung belanjaan, dua anak gajah pun sepertinya sanggup Ryan bawa saat itu. Efek dari perasaan senang mendengar gunjingan orang di warung pecel lele tadi sih. Ehm, gunjingan bukannya ya namanya? Soalnya Ryan sedikit bingung. Orang di warung pecel lele tadi kan memang membicarakan mereka, tapi yang dikatakan justru hal yang membuat perasaannya menjadi melayang seketika. Terbang ... jauh ... sampai ke langit gelap sana.

"Yan!"

Ryan tersentak dari lamunannya karena seruan dan tarikan tangan Vanessa. Wanita itu terlihat mengerutkan dahi.

"Kamu mau balik jalan kaki atau gimana sih?"

Ryan mengerjap-ngerjapkan matanya. Lalu melihat sekeliling dan baru tersadar bahwa saat itu dia hampir saja menyeberang dengan dua kantung belanjaan di masing-masing tangannya.

"Kalau kita balik jalan, terus motor kamu gimana?" tanya Vanessa bingung.

"Ha ha ha ha."

Ryan segera putar badan dan menghampiri motornya. Meletakkan sejenak kantung belanjaan itu di tanah, Ryan berkacak pinggang. Bingung.

Vanessa melirik Ryan. "Susah banget loh punya motor gede. Nggak cocok banget buat bawa barang belanjaan segini banyak."

Ryan manggut-manggut. "Terus kamu mau aku ganti mobil gitu?"

"Eh?"

Ryan menoleh. "Kalau iya, aku bakal ganti mobil. Tapi, dengan syarat."

Vanessa bingung. "Syarat?"

"Iya." Ryan mengangguk. "Ntar kamu temeni aku sambil teriak: Senen, Sahari, Kota! Ayo, Neng! Mau ke mana?"

Vanessa melongo. "Itu angkot."

"Angkot juga mobil, by the way," ujar Ryan cengar-cengir.

Bola mata Vanessa berputar dengan malas. "Tapi, ini gimana kita balik? Lagian ya, nggak harus juga kamu ganti mobil biar bisa bawa belanjaan kayak gini."

"Terus? Ganti becak?"

Vanessa mendengus. "Kamu ganti motor matic juga bisa kali, Yan. Malah lebih enak kalau bawa belanjaan kayak gini."

"Eh? Ogah!" tukas Ryan. "Masa kuda aku yang segagah ini mau ganti matic." Ryan geleng-geleng kepala. "Nggak ah."

"Lagian kan enak pake matic juga. Kamu nggak perlu capek-capek."

Ryan kembali geleng-geleng kepala. Tak menghiraukan orang yang lalu lalang di sekitaran mereka, ia kembali bersuara.

"Kamu nggak tau kenapa aku nekat mau pake motor ini?" tanya Ryan menepuk jok motornya.

Bingung, Vanessa menjawab seadanya. "Biar kamu kelihatan keren kan? Biar mudah nyari cewek."

Jawaban Vanessa membuat bibir bawah Ryan langsung maju. "Sembarangan aja kalau ngomong. Perlu kamu tau ya, aku paling males yang namanya pacaran."

"Ehm ... masa?" Raut wajah Vanessa menunjukkan ketidakpercayaan.

"Serah deh kalau nggak percaya. Dan buat kamu tau aja ya, aku itu orangnya suka ketiduran."

"Terus hubungannya dengan matic?"

"Naik matic cuma tangan kanan doang yang kerja. Dulu, aku pernah kecelakaan gara-gara ketiduran di atas motor."

"Eh?" Mata Vanessa melotot. "Yang bener?"

Ryan mengangguk. Ia membungkukkan badannya pada Vanessa. Mengangkat sedikit wajahnya di hadapan gadis itu. Menunjukkan bekas luka di bawah dagunya.

Kuliah Tapi Menikah 🔞 "FIN"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang