Vanessa menutup mulutnya yang spontan menganga dengan kedua tangannya. Ia syok. Tak percaya dengan apa yang tengah terjadi di hadapannya saat ini.
Di depan sana, Ryan terlihat lunglai jatuh ke lantai seraya melirih pelan. Pada akhirnya cowok itu terbaring tak bergerak dengan kedua tangan di area selangkangannya. Ryan terlihat begitu kaku dan kemudian malah tidak bersuara lagi.
Pose yang benar-benar memalukan.
Tapi, mata Vanessa membesar. Tak sedikit pun menganggap pose Ryan yang tergeletak itu adalah hal yang lucu dan memalukan. Yang ada malah ia cemas seketika.
Astaga, Tuhan.
Kenapa dia mendadak diam gitu?
Dia nggak mungkin mati cuma gara-gara dilempar mangkok kan ya?
Masa dia mati semudah itu sih?
Ragu, tapi pada akhirnya dengan langkah takut-takut, Vanessa mendekati tubuh Ryan. Ia mengulurkan kakinya. Jari jempol dan telunjuk kakinya menyentuh jari kaki Ryan. Menyenggolnya berulang kali.
"Yan .... Yan .... Yan ...."
Tapi, Ryan tak merespon. Membuat pikiran buruk merasuki benak Vanessa.
"Yan ..., kamu nggak apa-apa kan ya?"
Tapi, Ryan tak menjawab pertanyaan itu. Jangankan menjawab, melirihkan sedikit suara pun ia tidak. Dan itu membuat Vanessa semakin ketakutan.
Gawat!
Dia pingsan atau beneran mati?
"Ryan!"
Vanessa akhirnya menjeritkan nama itu dan lantas menghampiri tubuh Ryan. Mengenyahkan sedikit rasa jengah di wajahnya saat melihat Ryan tanpa busana dengan dua tangan menutupi organ intimnya tengah terbaring di lantai.
Glek.
Vanessa turun dan berjongkok di sebelah tubuh Ryan. Mengulurkan tangannya dengan ragu dan kemudian mencolek tubuh cowok itu dengan jari telunjuknya. Tapi, Ryan benar-benar tidak bergerak.
"Kamu nggak mati kan, Yan? Masih hidup kan?"
Tapi, masih tak ada jawaban yang wanita itu dapatkan. Lantas, Vanessa memutuskan untuk mengambil risiko.
Vanessa menguatkan diri untuk mengabaikan segala macam rasa malu dan jengah yang ada. Pikiran buruk membuat ia dengan segera menurunkan wajah dan menempelkan telinganya di dadá polos Ryan yang bidang. Dan Vanessa dengan jelas bisa mendengar detak jantung Ryan.
Vanessa mengembuskan napas lega.
Ternyata dia nggak jadi mati.
Tapi, kenapa dia nggak gerak?
Dia pingsan gitu?
Di saat Vanessa masih bertanya-tanya mengenai kemungkinan yang terjadi pada Ryan dengan posisi telinganya yang masih menempel di dadá kiri cowok itu, mendadak saja terdengar lenguhan dan lantas Ryan bertanya dengan suara rendah.
"Kamu mau memperkosa cowok yang sedang lemah tak berdaya kayak gini, Sa? Tega amat sih."
"AAAH!"
*
"Kamu abis berantem atau abis dikeroyok, Yan? Kok mendadak datang-datang muka yang udah kayak petinju abis kena KO sih?"
Ryan meringis mendengar pertanyaan Abid siang itu. Cowok itu baru saja datang beberapa menit dan langsung mendapat komentar tentang keadaan wajahnya yang mengenaskan.
Abid semakin meneliti wajah Ryan. "Berantem itu bukan tipe kamu banget. Jadi, mending jujur deh. Cewek mana yang ngebuat kamu sampe babak belur kayak gini?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kuliah Tapi Menikah 🔞 "FIN"
Roman d'amourJudul: Kuliah Tapi Menikah Genre: Romantis Komedi Manis (18+) Status: Tamat Cerita Kedua dari Seri "Tapi Menikah" Buat yang belum dewasa, sangat tidak disarankan untuk membaca! ********* "BLURB" Masa sih menikahi dosen sendiri? Yang benar saja. Riz...