Vanessa meneguk ludahnya.
Beberapa saat tubuhnya terasa mati rasa karena perkataan Ryan. Seperti perkataan itu seolah memiliki daya magis di setiap hurufnya. Mungkin karena itulah satu-satunya alasan masuk akal yang bisa Vanessa pikirkan sehingga ia hanya bisa melongo menatap Ryan seperti ini.
Tubuhnya bagai tak berdaya, padahal di benaknya Vanessa masih bisa bertanya-tanya.
Ada apa dengan ini cowok? Kenapa dia mendadak ngomong kayak gitu sih?
Sementara Ryan, terlihat dari wajahnya bahwa ia benar-benar serius saat itu. Dengan posisi satu tangannya yang mengurung Vanessa, ia seolah ingin mempertegas setiap kata-kata yang dia ucapnya. Jelas saja semakin membuat Vanessa bingung.
Butuh beberapa detik untuk Vanessa kemudian bisa mengumpulkan tenaganya kembali. Hal pertama yang ia lakukan selanjutnya adalah mengumpulkan akal sehatnya yang tercerai-berai. Bagaimanapun juga, ia harus menjaga akal sehatnya untuk mampu berpikir. Dan ketika otaknya bisa berpikir kembali, Vanessa jelas sudah sadar. Ada yang tidak benar dengan posisi mereka saat itu. Karena itulah mengapa gadis itu kemudian menggerakkan bola matanya ke sisi di mana tak ada tangan Ryan di sana. Memantau situasi.
Ryan melihat pergerakan bola mata Vanessa dan seketika mengetahui maksud gadis itu. Dan Ryan bertekad untuk tidak membiarkan Vanessa bisa kabur dengan begitu mudah dari dirinya.
Maka ketika matanya melihat tubuh Vanessa yang bergerak, secepat mungkin cowok itu mengangkat tangannya dengan gerakan dramatis. Pelan, tapi pasti Ryan justru membawa satu tangannya untuk mengurung Vanessa pula di sisi yang semula itu kosong.
Hal itu seketika membuat Vanessa menghentikan gerakannya. Spontan. Karena jelas ia tidak ingin dahinya menabrak lengan Ryan yang terlihat kuat itu. Bukannya apa. Kan Ryan sendiri yang bilang kalau dia rajin mencangkul. Pasti dong cowok itu punya tangan yang kuat. Dan Vanessa tidak ingin justru dahinya yang mulus berakhir benjol seperti dahi Ryan.
Sial! umpat cewek itu. Ternyata Ryan tau maksud aku.
Vanessa mengerjapkan matanya. Tak punya pilihan selain membawa tubuhnya kembali menghadapi Ryan. Walaupun Vanessa tau bahwa itu adalah pertaruhan yang besar.
"Ka-ka-kamu kenapa sih, Yan?"
Ryan menundukkan wajahnya, hingga membuat Vanessa semakin menarik diri. Tapi, apa daya. Ada dinding kokoh di belakang tubuhnya. Ia tak bisa berbuat banyak.
"Aku tau kita nikah karena orang tua kita, tapi kita sekarang udah nikah. Kamu minta urusan kampus itu urusan kampus dan urusan di sini ya urusan di sini, tapi kenyataannya malah kamu yang nggak bisa ngelakuinnya."
"Maksud kamu apa?"
"Di kampus aku emang harus dengerin omongan kamu, tapi di sini nggak. Justru di sini aku punya kewajiban buat ngurus kamu. Ya aku tau aku emang masih muda, Sa, tapi bukan berarti aku nggak bisa ngelakuin apa-apa," desis Ryan dengan penuh penekanan. "Kamu pikir aku cowok apaan yang nggak bisa nafkahin istri sendiri?"
Mata Vanessa melotot.
"Apa kamu nyuruh aku nafkahin istri orang?"
"Itu urusan kamu, bukan aku," jawab Vanessa melirik ke arah lain.
Ryan menahan napasnya sejenak di dadá. Mengembuskannya perlahan.
"Jujur aja sih ya. Aku kesinggung banget dengan sikap kamu yang satu ini," lanjut Ryan. "Kamu permalukan aku di kelas mah aku nggak ambil pusing. Tapi, kali ini beda. Ini nyangkut harga diri aku sebagai seorang pria."
Perkataan Ryan sukses menyentak lagi pemikiran Vanessa. Membuat ia memutuskan berkata pada Ryan seraya menatap mata cowok itu.
"Karena kamu masih mahasiswa, aku cuma nggak mau jadi beban kamu. Lagian, kita nikah juga kan bukan karena kemauan kita."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kuliah Tapi Menikah 🔞 "FIN"
Roman d'amourJudul: Kuliah Tapi Menikah Genre: Romantis Komedi Manis (18+) Status: Tamat Cerita Kedua dari Seri "Tapi Menikah" Buat yang belum dewasa, sangat tidak disarankan untuk membaca! ********* "BLURB" Masa sih menikahi dosen sendiri? Yang benar saja. Riz...