"Katanya kita mau kencan?"
"Ini kita udah jalan berdua kan?"
Ryan melongo. Benar-benar tidak percaya dengan kenyataan yang terpampang di matanya saat ini.
"Serius?"
Vanessa benar-benar tidak mampu mencegah tawanya yang sempat terhenti beberapa saat yang lalu menjadi berderai kembali. Raut wajah Ryan yang melongo benar-benar membuat perutnya terasa sakit sekarang. Sekilas memerhatikan keadaan sekeliling dan memastikan bahwa tidak ada orang, gantian Vanessa yang mengepalkan tangannya dan memukul lengan atas Ryan dengan sok manja.
"Ih .... Kanda, katanya mau jalan akhir pekan sama Dinda. Hihihi." Vanessa terkikik geli. "Udah sampai tempat yang dituju, tapi kok mukanya nggak suka gitu?"
Ryan mendengus. Kesal melihat wajah Vanessa yang tertawa lebar. Tak mengucapkan apa-apa lagi, Ryan menyentak lepas helm dari kepalanya. Melihat itu, Vanessa pun lantas teringat pula dengan helm yang masih di kepalanya.
"Bukain, Yan ...." Vanessa berkata seraya mengangkat kepalanya.
Ryan melirik sekilas. "Males. Buka aja sendiri."
"Eh?" Mata Vanessa mengerjap. "Aku nggak ngerti bukanya gimana."
"Udah gede juga."
"Ryaaan ...."
"Vanessa ...."
Vanessa tergelak. Masih bisa meraba nada kesal dari suara cowok itu. Tapi, ketika Ryan akan beranjak dari sana, Vanessa dengan cepat menahan kedua tangan Ryan. Ia menyodorkan kembali wajahnya pada cowok itu.
"Bukain, Kanda .... Berat loh lama-lama make helm gini."
Ryan tau seberat apa helm itu. Maka setelah bibirnya mencibir, tangan cowok itu pun kemudian terulur. Dengan segera melepas kunci helm di bawah dagu Vanessa.
Kaki Ryan maju selangkah tatkala ia mendorong helm itu untuk terlepas dari kepala sang gadis. Mata Vanessa memejam sekilas. Dan entah apa yang dipikirkan Ryan ketika seraya tangannya mendorong helm itu, maka bibirnya maju demi mendaratkan satu kecupan singkat di bibir Vanessa yang sedikit terbuka.
"Cup!"
Mata Vanessa sontak membuka dan gadis itu dengan cepat meraih perut Ryan dalam bentuk satu cubitan melintir.
"Adudududuh!"
Ryan dengan segera berjingkat-jingkat karena rasa sakit cubitan itu. Dilihatnya Vanessa yang mendelik seraya menjauh dari dirinya.
Tangan Ryan mengusap-usap perutnya yang terasa perih lantaran cubitan itu.
"Mau ke mana?"
Ryan setengah menyerukan pertanyaan itu ketika ia melihat Vanessa berjalan meninggalkan dirinya yang masih berkutat dengan peletakan helm di spion motor.
"Mau kencan."
Ryan geleng-geleng kepala. "Itu cewek seriusan ya ngajak aku kencan di Kebun Percobaan Kampus?" tanya Ryan pada dirinya sendiri.
Tapi, ketika dilihatnya Vanessa yang benar-benar terus berjalan meninggalkan dirinya sendirian di pintu masuk Kebun Percobaan Kampus itu, ya mau tak mau kaki Ryan pun akhirnya bergerak pula. Melangkah dalam langkah besar-besar demi bisa cepat menyusul Vanessa.
Vanessa melirik. Menyadari kehadiran Ryan. "Jadi mau kencan sama aku?"
"Eh, Sa ..., ini beneran kita mau kencan di sini?" tanya Ryan. "Ngapain? Mending kita jalan-jalan ke mana gitu. Ya kali mau kencan dengan tema pemandangan alam harus ke Kebun Percobaan Kampus."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kuliah Tapi Menikah 🔞 "FIN"
RomansaJudul: Kuliah Tapi Menikah Genre: Romantis Komedi Manis (18+) Status: Tamat Cerita Kedua dari Seri "Tapi Menikah" Buat yang belum dewasa, sangat tidak disarankan untuk membaca! ********* "BLURB" Masa sih menikahi dosen sendiri? Yang benar saja. Riz...