[ Dinda Vanessayang ]
[ Pulang jam berapa, Kanda? ]
Mata Ryan berkedip-kedip. Respon spontan ketika ia percaya tak percaya membaca pesan yang masuk ke ponselnya itu.
Tumben sekali ini Dinda ngubungi aku duluan.
Mana pake acara nanya aku balik jam berapa lagi.
Ehm ....
Ryan memikirkan beberapa kemungkinan di benaknya seraya mengunyah makanan di dalam mulutnya dengan gerakan dramatis. Matanya sedikit menyipit. Lalu justru melirik ke luar. Pada langit yang tampak cerah.
Apa akan mendadak ada hujan badai?
Angin tornado?
Atau gempa?
Ryan masih memikirkan kemungkinan bencana alam lainnya yang mungkin saja akan terjadi hari itu. Yah, mengingat mendadak Vanessa duluan yang menghubungi Ryan. Itu kan jarang sekali terjadi.
"WA dari siapa?"
Pertanyaan Abid menyadarkan Ryan dari pemikiran anehnya. Cowok itu terlihat sedang meraih gelas minumnya. Meneguk es teh miliknya yang sudah tidak terlalu manis lagi rasanya.
"Ehm ...." Ryan mendehem. Mengembalikan fokus matanya pada layar ponselnya dan memikirkan balasan untuk pesan itu. "Pesan dari istri tercinta.," jawabnya kemudian dengan santai.
Abid menyeringai. "Kenapa? Susu di rumah abis?"
"Hahahaha. Begitulah, Bid," kata Ryan menjawab dengan tertawa.
Sementara Abid merasa geli dengan jawaban Ryan, hal yang serupa juga dirasakan oleh Ryan. Walau dengan alasan yang berbeda tentunya.
Tadi ketika Ryan menjawab enteng pertanyaan Abid dengan mengatakan bahwa ia mendapat pesan dari istri tercinta, Ryan menyadarinya.
Siapa juga yang bakal percaya omongan aku?
Parah memang. Tapi, Ryan sendiri menyadari bahwa orang-orang selalu menganggap dirinya bercanda. Mengatakan hal seperti itu hanya akan dianggap lelucon oleh siapa pun yang mendengarnya. Terutama Abid. Lihat kan tadi apa yang dikatakan Abid saat mengomentari jawaban Ryan? Susu di rumah abis?
Kamu nggak tau aja, Bid.
Susu di rumah nggak bakal pake acara abis.
Hihihihi.
Ryan menertawai pikirannya sendiri.
Emang pikiran kamu tu meśum banget, Yan.
[ Dinda Vanessayang ]
[ Mungkin sorean aku balik. ]
[ Dari kos Abid mau mampir bentar ke depot. ]
[ Udah itu baru balik. ]
[ Kenapa? ]
Ryan menyisihkan ponselnya. Kembali meraih sendoknya dan melanjutkan acara makan siangnya. Dan ketika itulah mata Abid tampak melirik padanya. Sepintas pada makanan Ryan juga.
"By the way," lirih Abid, "kamu itu nyadar nggak sih kalau kamu itu nggak sopan jadi manusia?"
Ryan mengangkat satu alis matanya. Membuat Abid kembali melirik pada makanan Ryan.
"Ya kali, Yan. Kamu ikut aku ke warung, tapi justru buat numpang makan doang. Kenapa mendadak berapa hari ini kamu pake acara bawa bekal dari rumah?"
"Hehehehe. Kenapa? Kamu iri ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kuliah Tapi Menikah 🔞 "FIN"
RomanceJudul: Kuliah Tapi Menikah Genre: Romantis Komedi Manis (18+) Status: Tamat Cerita Kedua dari Seri "Tapi Menikah" Buat yang belum dewasa, sangat tidak disarankan untuk membaca! ********* "BLURB" Masa sih menikahi dosen sendiri? Yang benar saja. Riz...