20. Rezeki Yang Tak Tertukar

1.7K 119 2
                                    

"Terima kasih, Bapak, Ibu, dan teman-teman sekalian yang telah hadir. Terutama karena telah memberikan pertanyaan, saran, dan kritik untuk saya. Semoga dengan ini saya bisa mempersiapkan diri dengan lebih baik lagi untuk menghadapi sidang skripsi nanti."

Ketika Surya mengatakan itu, maka Intan yang duduk di sebelahnya pun berkata.

"Saya sebagai moderator minta maaf apabila sepanjang jalannya seminar hasil hari ini ada melakukan kesalahan, baik yang disengaja atau yang tidak disengaja. Selamat siang."

"Siang!"

Dan tepuk tangan yang meriah menjadi pertanda bahwa seminar hasil hari itu berakhir. Sementara Surya tampak berdiri dan menyalami semua dosen yang telah menghadiri seminarnya, di belakang Abid menyikut Ryan.

"Yan, menurut kamu apa kamu beneran bakal foto bareng Bu Vanessa?"

Mengusap dagunya, Ryan menyipitkan sepasang matanya. Wajahnya terlihat lebih serius saat itu.

"Sumpah, Bid! Aku juga nanya tentang hal yang sama dari tadi. Foto beneran nggak ya?"

Selagi mereka berdua mempertanyakan hal yang sama, perlahan-lahan satu persatu mahasiswa di ruangan tersebut bangkit dari duduknya. Menyalami Surya sekilas sebelum keluar dari sana. Hingga tak butuh waktu lama, ruangan multimedia itu pun hampir kosong. Dan menyadari itu, Ryan dan Abid saling bertukar pandang.

"Ya kali kita beneran nunggu, Yan. Kayaknya nggak beneran deh yang tadi itu," kata Abid. Ia lalu berdiri. "Yuk kita cabut. Sekalian cari makan siang dulu."

Ryan mengembuskan napas panjang. Kecewa. Tapi, pada akhirnya ia turut bangkit dari duduknya. Melangkahkan kaki di belakang Abid dengan tubuh lunglai seolah tak ada tenaga lagi.

Sepertinya aku memang harus makan siang dulu deh. Ini berasa banget jiwa raga aku kayak yang kehilangan tenaga secara mendadak.

Hiks.

Tapi, ketika keduanya sudah hampir mencapai ambang pintu, mendadak saja terdengar seruan dari belakang.

"Eh! Rizki atau Ryan itu namanya!"

Langkah kaki Ryan terhenti seketika mendengar namanya dipanggil. Sontak saja tanpa membuang waktu ia segera balik badan. Cowok itu tersenyum seraya mengangguk dan berkata dengan penuh semangat.

"Iya, Pak Suwanto. Saya Rizki Ryan."

Rahmat menunjuknya dengan mata yang membesar. "Ah, bener! Kan kamu nanya pas seminar tadi," ujarnya tertawa. "Hampir saja saya lupa. Ayoh, foto sama Bu Vanessa."

Wajah Vanessa memerah. "Aduh, Pak."

"Ini kalau nggak ada pertanyaan dari Rizki Ryan, seminar hasil hari ini gagal loh," kata Rahmat.

Suwanto mengangguk. "Benar. Karena syarat seminar itu salah satunya adalah adanya pertanyaan dari mahasiswa. Beruntung sekali Rizki Ryan ini tadi bertanya. Terutama karena pertanyaannya juga bukan asal pertanyaan. Kamu jeli juga jadi mahasiswa."

"Terima kasih, Pak. Saya memang berusaha untuk memperhatikan selama dosen menjelaskan saat kuliah, Pak." Ryan tampak cengar-cengir. "He he he he."

Sementara Ryan terlihat tersenyum lebar, maka Vanessa justru sebaliknya. Gadis itu meneguk ludahnya berulang kali. Tak percaya dengan apa yang akan terjadi. Karena itu pada akhirnya ia bertanya.

"Ini masa serius sih, Pak? Saya pikir tadi cuma main-main aja."

Bapak-bapak itu tertawa.

"Masa dosen ngingkari omongan sih?"

Vanessa mengusap rambutnya sekilas, berusaha untuk tetap tenang. Dan selagi Vanessa masih menenangkan diri, di lain pihak Ryan justru melihat bagaimana Nathan yang tak bersuara diam-diam melirik Vanessa berulang kali. Membuat cowok itu berdecak di dalam hati.

Kuliah Tapi Menikah 🔞 "FIN"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang