Vanessa menundukkan wajahnya. Tepat menghadap pada semangkok sereal di hadapannya. Tangan gadis itu mengaduk-aduk susu di dalam sana. Namun, belum ada tanda-tanda bahwa ia akan mulai menikmati sarapan ala kadarnya itu. Bukan karena sarapan itu tidak menarik selera Vanessa –karena pada dasarnya dia bukanlah wanita pemilih makanan-, tapi mungkin masalahnya adalah keberadaan seseorang yang membuat ia sedikit tidak bernafsu untuk makan sereal itu. Atau tepatnya karena seseorang itu melakukan hal yang membuat Vanessa kesal. Yaitu, menceramahi dirinya di pagi hari.
Sepagi ini aku udah kena ceramah?
Padahal kan ya aku nggak salah dong kalau kaget pas ngerasa dia ngusap-ngusap aku.
"Menurut artikel yang aku baca, susu termasuk ke dalam jenis minuman yang bagus untuk penyembuhan flu. Dan katanya coklat itu obat paling mujarab untuk menenangkan emosi cewek. Apalagi emosi yang nggak tau ujung pangkalnya. Emosi yang meledak nggak tau asal mulanya."
Vanessa menutup mulutnya. Berusaha untuk tidak menggubris sedikit pun perkataan Ryan. Sesekali mata gadis itu hanya melirik pada kedua tangan Ryan yang menekan kitchen island di hadapannya. Dan sesekali pula bibir bawah Vanessa mencibir.
"Lihat ini lihat!"
Suara Ryan terdengar lagi di telinga Vanessa.
"Nggak di kampus nggak di rumah, pasti aja nggak mau ngaku kalau salah. Masih mending juga di kampus, walau nggak ngaku salah, tapi seenggaknya mau ngucapin maaf. Lah ini?"
Ryan kembali berceloteh.
"Udahlah kamu yang maksa aku buat tidur bareng. Kamu juga yang minta dipeluk jangan sampe dilepasin. Eh, malah kamu juga yang nendang aku sampai jatuh ke lantai."
"Aku ngedorong kok. Bukan nendang," kata Vanessa seraya tanpa sadar mengangkat wajahnya.
Ryan melotot. Menunjuk gadis itu. "Lihat! Bahkan kamu sampe sadar banget tindakan kamu tadi ke aku itu kayak gimana."
Vanessa mengerjap-ngerjapkan matanya. Satu tangan menutup bibirnya sendiri. Seakan baru tersadar.
"Lihat kan? Emang nggak ada hati kamu ya, Sa. Untuk semua yang aku lakukan, bukannya dikasih ciuman selamat pagi, eh malah didorong jatuh ke lantai."
Vanessa menunduk lagi. "Ya maaf sih. Lagian ...."
"Lagian apa?"
"Kamu juga ngusap aku sampe hampir megang bokοng aku. Kan aku kaget dong."
Ryan meneguk ludahnya. "Kan hampir ..., artinya itu belum kejadian. Masa aku udah dihukum duluan untuk hal yang bahkan belum aku lakukan sih?" tanya Ryan. "Tau gitu mending aku beneran ngusap sampe bokοng kamu deh."
Glek.
Wah!
Seketika Ryan merasa panas dalam.
Ups!
Maksudnya panas di bagian dalam.
Hihihi.
"Tuh kan!" Kali ini Vanessa kembali menatap Ryan. Matanya tampak menyorot pada Ryan.
"Eh, tapi kan intinya aku nggak melakukannya," elak Ryan lagi. "Lagi orang yang mau maling juga kalau nggak jadi maling ya nggak bakal dipenjara. Sama dong kayak aku."
"Tapi, kan kamu udah ada niat," tukas Vanessa langsung.
"Ckckck. Niat baik itu pahalanya langsung dicatat, tapi niat jahat dosanya nggak langsung dicatat, Nona," kata Ryan menyeringai. "Itu hukum praduga tak bersalah namanya."
"Kamu ini ...." Vanessa menunjuk Ryan dengan sendok di tangannya. "Emang pintar banget kalau urusan memutarbalikkan kata-kata."
"Masa?" tanya Ryan menggoda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kuliah Tapi Menikah 🔞 "FIN"
RomanceJudul: Kuliah Tapi Menikah Genre: Romantis Komedi Manis (18+) Status: Tamat Cerita Kedua dari Seri "Tapi Menikah" Buat yang belum dewasa, sangat tidak disarankan untuk membaca! ********* "BLURB" Masa sih menikahi dosen sendiri? Yang benar saja. Riz...