Ya Tuhan ....
Pertanyaan Ryan tadi jelas saja membuat Vanessa merasa benar-benar malu hingga ke ubun-ubun. Seumur hidup, sepertinya ia tidak pernah mengalami hal seperti ini sebelumnya. Dan bodohnya, ketika Ryan menanyakan hal itu, Vanessa justru melongo. Seperti orang bodoh saja.
"Mana yang lebih dodol? Aku yang nungguin kamu padahal kamunya udah nggak ada? Atau kamu yang udah mau sampe unit, tapi malah balik lagi ke kampus?"
Glek.
Vanessa tidak ingin, tapi ia merasa tak bisa membawa pandangannya lepas dari sepasang mata Ryan. Gadis itu menahan napas di dadanya.
Lalu ia tersadar sesuatu. Matanya membesar.
"Ka-kamu tadi cium aku lagi?"
Ryan tersenyum jenaka. "Kecepatan ya? Sampe nggak kerasa?" tanyanya dengan enteng. "Ya ngomong sih, Sa, kalau yang tadi itu nggak kerasa."
Dan di detik selanjutnya, tanpa memberikan aba-aba Ryan kembali menarik tekuk Vanessa. Mata gadis itu mengerjap merasakan kedua belah bibirnya diraup dalam ciuman hangat dan basah cowok itu.
"Kamu!!!" geram Vanessa.
Napas Vanessa terengah dan menyentuh bibirnya yang terasa basah. Tapi, sebelum Vanessa sempat bertindak, Ryan dengan cepat memindahkan kembali tuas transmisi.
"Yuk! Kita pulang!"
Mendengar perkataan cowok itu, Vanessa kemudian mengalihkan tatapan berapi-apinya ke arah lain. Mengatupkan mulutnya rapat-rapat.
Hening.
Ryan melirik Vanessa di sebelahnya. Wanita itu terlihat tak bergerak semenjak mobil yang dilajukan Ryan bergerak meninggalkan parkiran. Dan pada momen yang tepat, ketika Ryan benar-benar menoleh pada Vanessa, tak terduga ternyata pada saat itu Vanessa juga menoleh padanya. Mata wanita itu ....
"Kamu beneran berani buat cium aku lagi, Yan?!" tanya Vanessa dengan membentak. "Dua kali?!"
Ryan mengerjap. Tangan kirinya terangkat. "Jangan main tangan di sini, Sa. Aku nabrak bakal masuk rumah sakit berdua kita. Which is ... walaupun tetap berdua, ya tapi nggak romantis sama sekali. Masa masuk rumah sakit berdua."
Kedua tangan Vanessa terangkat. Mengepal dengan kuat sementara bibirnya terkatup dengan rapat. Ia benar-benar merasa kesal pada cowok itu, tapi perkataan Ryan ada benarnya. Salah-salah mereka justru akan menabrak sesuatu. Dan itu membahayakan jiwa orang lain. Pada akhirnya, Vanessa hanya bisa menggeram kesal berulang kali.
"Kamu ...."
Ryan mengulum senyum melihat wajah kesal Vanessa. Tapi, bukannya merasa simpatik, eh cowok itu justru malah semakin menggodanya.. "Jangan monyong-monyongin bibir kayak gitu, Sa. Ntar aku kepengen cium kamu lagi kan gawat. Kita lagi di jalan soalnya."
"RYAAAN!"
"Aduh!"
*
Vanessa menghentak-hentakkan kedua kakinya ketika mereka tiba di unit malam itu. Masih kesal. Sementara itu Ryan di belakangnya mengikuti langkah kaki Vanessa seraya mengusap-usap daun telinganya dengan bibir manyun.
Ya tadi sih Ryan memang tidak mendapat tamparan di pipi atau pukulan di punggung, tapi sebagai gantinya adalah daun telinganya yang harus merasakan penderitaan. Ditarik Vanessa dengan penuh rasa geram dan kesal. Bahkan sekarang Ryan masih dengan jelas merasa pedih di daun telinganya itu.
Beneran panas banget ini tangan cewek ya.
Heran.
Narik daun telinga aku aja rasanya kayak yang ditarik pake tang.
![](https://img.wattpad.com/cover/304473930-288-k88711.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Kuliah Tapi Menikah 🔞 "FIN"
RomanceJudul: Kuliah Tapi Menikah Genre: Romantis Komedi Manis (18+) Status: Tamat Cerita Kedua dari Seri "Tapi Menikah" Buat yang belum dewasa, sangat tidak disarankan untuk membaca! ********* "BLURB" Masa sih menikahi dosen sendiri? Yang benar saja. Riz...