"Jadi, bagaimana? Ryan nggak buat kamu makan hati kan?"
Pertanyaan itu dilontarkan oleh Gusnandar ketika mereka selesai menikmati makan siang bersama. Mereka saat itu tengah berkumpul seraya bercengkerama di ruang keluarga. Berbincang banyak hal hingga pada akhirnya Lastri dan Handoko bangkit untuk mempersiapkan acara arisan itu sementara Vanessa disuruh untuk bersantai saja bersama Gusnandar dan Elin. Terutama mengingat karena tadi Vanessa dan Elin sudah memasak banyak makanan untuk acara arisan itu.
Vanessa menarik napas sekilas. Tersenyum. "Ryan baik kok, Yang. Dia sama sekali nggak pernah bikin aku makan hati."
Gusnandar menatap Vanessa. "Benarkah?"
"Iya." Kepala gadis itu mengangguk. "Dia rajin, nggak rewel soal makanan, orangnya juga bersih, dan ehm ... dia pekerja keras."
"Hahahaha." Tawa Gusnandar membahana. "Itu memang terdengar seperti Ryan." Ia berpaling pada Elin. "Benar kan, Lin?"
Olin mengangguk. "Mas Ryan itu cowok paling baik."
Vanessa tersenyum kaku mendengar perkataan Elin.
"Ehm ...." Gusnandar mengembuskan napas panjang. "Tapi, tetap saja. Ryan itu terkadang masih kekanak-kanakan. Dia belum dewasa. Eyang pikir dia pasti bakal banyak menyusahkan kamu."
"Oh, nggak kok, Yang," bantah Vanessa setelah meletakkan cangkir tehnya di atas meja. "Ryan sama sekali nggak menyusahkan aku. Malah ...." Vanessa menggigit bibir bawahnya.
"Malah?" tanya Gusnandar penasaran. "Malah apa?"
Dengan salah tingkah, Vanessa pun berkata. "Malah sebenarnya aku yang sering menyusahkan Ryan. Apalagi ..." Vanessa mengembuskan napas panjang. "... setelah kejadian ada setán di unit apartemen itu."
"Hah?! Setán?!"
Vanessa menoleh pada Elin yang terkesiap di sebelahnya. Ia mengangguk dengan wajah ngeri.
"Ada setán di unit tempat Mbak dan Mas tinggal?"
"Iya, Lin." Ia berpaling pada Gusnandar. "Malam kedua kami tinggal, setán itu datang, Yang."
"Ehm ...." Gusnandar mengusap jenggotnya yang telah memutih. "Perasaan waktu Eyang periksa, unit itu aman."
"Kata Ryan, setán itu bukan tinggal di unit, Yang. Tapi, di gedung sebelah. Katanya dia datang karena kami ... ehm, sempat bertengkar sedikit di hari pertama kami sampai di sana."
Gusnandar mengerutkan dahinya.
Setán datang gara-gara ada pasangan suami istri yang bertengkar?
Kok yang kayak setán zaman sekarang kurang kerjaan saja.
Di sebelah Vanessa, Elin bertanya. "Setannya seram, Mbak? Pasti Mas udah lari duluan ya? Mbak ditinggal?"
Vanessa menggeleng. "Awalnya emang Ryan mau lari, tapi pas sadar aku ada di sana, eh dia nggak jadi lari. Dia malah ngelindungi aku. Aku denger banget pas Ryan ngebentak itu setán. Akhirnya setán itu kabur deh."
Olin tercengang.
Mas yang paling takut sama setán justru jadi berani bentak-bentakin setán?
Itu sebenarnya setán atau tuyul sih yang diomongin?
Lalu, beberapa detik kemudian, di saat Vanessa masih merinding teringat kejadian menakutkan itu, Elin dan Gusnandar sama-sama saling menatap. Tanpa kedip untuk beberapa saat.
Biasanya kalau setán dan Ryan bertemu, itu pasti selalu Ryan yang kabur.
Kali ini eh setán yang kabur?
KAMU SEDANG MEMBACA
Kuliah Tapi Menikah 🔞 "FIN"
RomansaJudul: Kuliah Tapi Menikah Genre: Romantis Komedi Manis (18+) Status: Tamat Cerita Kedua dari Seri "Tapi Menikah" Buat yang belum dewasa, sangat tidak disarankan untuk membaca! ********* "BLURB" Masa sih menikahi dosen sendiri? Yang benar saja. Riz...