76. Kode Atau Harapan

1.8K 105 0
                                    

Minggu pagi yang cerah, Ryan tiba di depotnya dengan disambut oleh tatapan tanda tanya Anton dan Sahrul. Keduanya terlihat saling pandang ketika bosnya itu turun dari motor. Menghampiri mereka seraya menyugar rambutnya yang tampak lembab basah. Pertanda bahwa cowok baru saja habis mandi keramas.

"Cie .... Bos keramas di hari Minggu pagi," kata Sahrul menyambut kedatangan Ryan dengan nada menggoda. Ia mengedip-ngedipkan mata pada Anton. Dan dibalas dengan kedipan nakal yang serupa.

"Masih kuat buat kerja, Bos?" tambah Anton kemudian.

Ryan menatap Anton dan Sahrul bergantian. "Apa hubungannya keramas dengan kuat nggaknya aku kerja?"

Kedua karyawan itu cekikikan. Tampak geli dengan khayalan dan imajinasi mereka masing-masing.

"Stres ya?" tanya Ryan geleng-geleng kepala.

Mengabaikan Anton dan Sahrul yang masih tertawa-tawa, Ryan melangkah meninggalkan mereka. Tapi, ternyata dua orang cowok itu justru mengekori Ryan yang menuju ke rumahnya. Berniat untuk mengganti pakaian terlebih dahulu sebelum ikut gabung bekerja.

"Bos, Bos. Nyonya Bos nggak ikut datang lagi hari ini?"

Ryan menoleh pada Anton, menggeleng. "Nggak."

"Kenapa, Bos, Nyonya Bos nggak ikut datang lagi?"

Ryan menoleh pada Sahrul, mengerjap sekali. "Dia bilang dia capek. Mau istirahat aja di rumah."

"Oooh!"

"Oooh!"

Langkah kaki Ryan berhenti, tepat selangkah sebelum mencapai teras rumahnya. Lirihan 'Oh' Anton dan Sahrul membuat ia toleh kanan toleh kiri bergantian. Dahi cowok itu sontak berkerut-kerut melihat bagaimana raut wajah kedua karyawannya yang terlihat geli seraya menutup mulut masing-masing. Menahan tawa dengan sorot mata yang terlihat menggoda dirinya.

"Cie, Bos, cie."

"Pantas mukanya berseri-seri banget pagi ini."

Tak hanya menggodanya dengan kata-kata, Anton dan Sahrul juga menusuk-nusuk perut bosnya itu. Terlihat semakin bersemangat untuk menggoda.

Ngeri dan bingung, Ryan menepis tangan mereka berdua.

"Kalian gila ya? Dari tadi ngomong dan ketawa nggak jelas gitu." Ryan mengusap tekuknya. Bergantian menatap keduanya dengan tatapan horor. "Kalian mau ninggalin kenang-kenangan sebelum mati atau gimana sih? Kok yang aneh gitu?"

"Hahahaha."

"Hahahaha."

"Nggak, Bos, nggak," kata Anton seraya mengusap matanya yang basah. "Kami mau balik ke depan, Bos. Bentar lagi pasti ada yang belanja."

Masih dengan raut wajah perpaduan rasa ngeri dan bingung, Ryan angguk-angguk kepala. Tak mengatakan apa-apa lagi saat Anton dan Sahrul berlalu meninggalkan dirinya seraya masih tertawa-tawa. Dengan sesekali melihat ke arah dirinya. Mengabaikan sifat aneh kedua karyawannya, Ryan memilih untuk langsung masuk ke rumah.

Berganti pakaian dan langsung kerja, pikirnya.

Tapi, mendadak saja rencana itu buyar dari pikirannya saat ia melangkah masuk. Bisa dikatakan bahwa tubuhnya langsung merespon tempat ia berada saat itu. Langsung tertuju pada satu benda.

Hal yang pertama kali Ryan lihat ketika dirinya masuk ke dalam kamar adalah menatap pada tempat tidur. Itu seperti sesuatu yang terjadi begitu saja. Otomatis melihat dan ingatannya terbayang pada kejadian seminggu yang lalu.

Ugh!

Ryan langsung saja membanting tubuhnya di kasur empuk itu. Memeluk guling dan alih-alih berganti pakaian kerja, ia justru bergumam rendah.

Kuliah Tapi Menikah 🔞 "FIN"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang