29. Usaha Mendekatkan

1.3K 101 0
                                    

"Eh?"

Ryan membawa kedua tangannya untuk bersidekap di depan dadá. Matanya menyipit. Terarah langsung tepat pada kedua bola mata bening Vanessa.

"Mie keriting, dua telur, dan satu sosis," desis Ryan merasa perlu mempertegas hal tersebut. "Maksudnya apa heh?"

Vanessa meneguk ludahnya.

"Loh ... loh ... loh kan itu makanan buat kamu." Vanessa meraba tekuknya. "Cuma makanan doang kok. Nggak ada maknanya sama sekali."

Ryan membelalakkan matanya. Meringis terarah pada gadis itu. "Dari sekian banyak makanan yang ada di kulkas, kamu justru masakin aku ini?"

"Ehm ... itu ...."

"Jujur aja, Sa," kata Ryan seraya menampilkan wajah penuh pemakluman dari dirinya. "Aku ada ngelakuin salah apa sampe kamu ngasih ancaman sebegini mengerikannya?"

Dan Vanessa benar-benar tidak bisa mengatakan apa-apa untuk menjawab pertanyaan itu. Ia bahkan merasakan bagaimana wajahnya terasa amat kaku. Antara malu dan juga salah tingkah.

Maka jangan heran bila pada akhirnya Vanessa terburu-buru melarikan diri dari tatapan menyelidik Ryan. Tak menghiraukan cowok itu dan semangkuk mie kuahnya, Vanessa langsung saja berlari dan masuk ke dalam kamarnya.

Astaga!

Bisa-bisanya itu cowok mikir sampe ke sana.

Vanessa benar-benar tidak percaya.

Ya kali aku sampe mikir soal gituan.

Padahal kan cuma masalah mie kuah, telur, dan sosis.

Glek.

Vanessa pelan-pelan duduk di tempat tidurnya. Mengusap wajahnya yang terasa memanas.

Ya ampun.

Pasti dia mikir aku yang nggak-nggak sekarang mah.

And you throw your head back laughing like a little kid ....

I think it's strange that you think I'm funny 'cause he never did ....

I've been spending the last eight months thinking all love ever does ....

Suara Taylor Swift yang berbunyi dari ponselnya seketika membuat Vanessa terlonjak kaget. Ia terlihat agak gelagapan sampai tersadar sepenuhnya dan merogoh ponsel dari saku celana dasar panjang yang ia kenakan.

Dahinya sedikit mengerut ketika mendapati siapa yang menghubunginya sore itu.

"Halo, Ma."

"Halo, Mantu."

Vanessa mengerjap mendengar Lastri yang menyapanya seperti itu. Beruntung sekali ia sudah duduk di tempat tidur. Karena kalau tidak, Vanessa pikir ia akan jatuh terduduk di lantai saat itu juga.

Syok.

Vanessa belum sepenuhnya terbiasa dengan panggilan baru itu. Terutama dari seorang wanita paruh baya yang sebelumnya tidak pernah ia kenal.

"Kamu udah pulang, Sa? Atau masih di kampus?"

Pertanyaan Lastri membuat Vanessa sepenuhnya tersadar kembali ke dunia nyata. Ia menarik napas panjang dan tanpa sadar tersenyum.

"Sudah pulang kok, Ma. Baru saja berapa menit sampe unit."

"Aduh! Mama nganggu kamu istirahat? Atau kamu baru mau mandi?"

Vanessa terkekeh pelan. "Nggak kok, Ma. Ini juga cuma duduk-duduk di kasur. Lagi nyantai aja," jawabnya. "Ehm ... memangnya ada apa, Ma?"

Lastri di seberang sana terdengar menghirup napas panjang sekilas. "Begini loh, Sa. Minggu besok kan di rumah Mama ada acara arisan keluarga. Ya jadi rame gitu."

Kuliah Tapi Menikah 🔞 "FIN"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang