39. Tak Habis Pikir

1.1K 103 2
                                    

[ Ryancur ]

[ Sepi ya unit tanpa aku? ]

[ Hiks. ]

[ Sabar ya, Dinda. Kanda akan segera pulang setelah belajar di kampus. ]

[ Btw. Dinda mau Kanda bawain makan siang apa? ]

[ Ayam bakar? Ikan goreng? ]

[ Oh, tapi jangan suruh Kanda membawa hati kijang ya? ]

[ Kanda bukan Sangkuriang. ]

Vanessa meremas gagang sapu dengan begitu kuat ketika ia melihat pesan yang masuk ke ponselnya siang itu. Entah mengapa, padahal ia baru melihat nama yang mengirimnya pesan dan bahkan belum membaca pesan di dalamnya, tapi emosi gadis itu langsung tersulut.

Ya ampun ini anak.

Belum lagi ada sejam, udah ngubungi aku?

Dia nggak tau kalau setiap pesan dia itu pasti selalu bisa ngebuat darah aku naik?

Vanessa menggeram. Dan berbicara mengenai kekesalan gadis itu pada Ryan, ehm ... sepertinya cukup terbukti dari berubahnya nama kontak Ryan di ponsel Vanessa ya.

Ryancur.

Otaknya ancur.

Omongannya ancur.

Pokoknya semua yang ada di diri cowok itu ancur semua!

Vanessa menarik napas dalam-dalam. Kembali membaca pesan itu sembari mengerucutkan bibirnya. Lalu ia pun memutuskan untuk membalas pesan itu.

[ Ryancur ]

[ Dinda mau makan hati Kanda, boleh? ]

Vanessa meletakkan kembali ponsel itu di atas nakasnya. Memutuskan untuk melanjutkan menyapu kamarnya.

Sekalian aku nggak masuk, mending hari ini aku bersih-bersih kamar dulu deh. Mumpung juga Ryan lagi nggak ada di sini.

"Ting."

Vanessa bergegas melihat ponselnya. Itu pasti pesan dari Ryan, pikirnya.

Dan itu memang pesan dari Ryan.

[ Ryancur ]

[ Jangankan hati, jantung Kanda pun akan Kanda berikan pada Dinda. ]

[ Ntar belah sendiri ya dadá Kanda. ]

[ Ehm ... kebetulan sih. ]

[ Kanda juga ingin merasakan halus jari jemari Dinda di dadá Kanda. ]

"Ya ampun, Sa. Ini jelas bukan salah Ryan. Ini mah 100% nggak pake kurang adalah kesalahan kamu. Udah tau Ryan itu otaknya ancur, kok ya masih kamu ladeni juga sih? Kayak yang kamu kurang kerjaan aja. Sebangsa Ryan malah diladeni!"

Vanessa meletakkan kembali ponsel itu di tempatnya semula. Memilih untuk benar-benar membereskan kamarnya. Tapi, ponselnya kembali berbunyi.

Vanessa menghentikan gerakan sapunya. Menatap dengan mata menyipit pada ponselnya itu.

"Daripada aku makin kesal sama itu cowok, mending aku nggak buka ponsel dulu deh."

Maka Vanessa pun memutuskan untuk benar-benar tidak menyentuh ponselnya lagi. Ia benar-benar memusatkan pikirannya pada tugas domestik merapikan kamarnya.

Menyapu dengan bersih. Merapikan buku-buku di raknya. Menata ulang perabotan di meja kerjanya. Begitu pun dengan perlengkapan make up gadis itu di meja riasnya.

Kuliah Tapi Menikah 🔞 "FIN"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang