"Silakan perhatikan daun di meja praktikum kali -Hatchiii!- an."
"Hatchiii!"
"Ada daun randu, daun .... Hatchiii! Kacang tanah, daun kelor dan ..."
"Hatchiii!"
"... daun tomat."
Vanessa menarik napas sejenak. Berusaha mengira-ngira apakah ia akan bersin dalam waktu dekat atau tidak. Sekaligus untuk menenangkan dadanya juga.
"Kalian gambar dan apabila ada yang tidak kalian mengerti, silakan bertanya pada Farrel. Hatchiii!"
"Hatchiii!"
Vanessa kemudian beranjak ke tempat duduk. Membiarkan Farrel untuk mengambil alih praktikum siang itu. Lagipula, Vanessa memang merasa ia tak akan bisa benar-benar memandu praktikum itu. Terlepas dari bersinnya yang menjadi-jadi, sebenarnya gadis itu juga merasa kepalanya sedikit pusing.
Detik selanjutnya, Vanessa kembali merasakan hidungnya gatal. Ia tak bisa menahan rasa itu sehingga ia pun bersin lagi.
"Hatchiii!"
"Hatchiii!"
Untuk ke sekian kalinya, dua suara bersin yang bersumber dari dua orang yang berbeda terdengar. Membuat peserta praktikum yang lainnya menatap pada keduanya. Yah, bagaimana ya ngomongnya? Tapi, dari tadi kalau bukan bersin bersamaan, ya pasti bersin bergantian.
Mendapati dirinya diperhatikan oleh peserta praktikum, membuat Vanessa merasa malu. Terutama karena peserta praktikum memerhatikan dirinya setelah mereka memerhatikan Ryan. Atau sebaliknya, memerhatikan Vanessa dulu baru memerhatikan Ryan.
Vanessa menggeram. Menyadari bahwa dirinya dan Ryan sukses menjadi bahan kebingungan di kelas praktikum siang itu. Ingin menyalahkan Ryan, Vanessa justru merasa malu sendiri. Bukannya apa, tapi yang namanya flu pasti menjadi konsekuensi bila kalian memutuskan untuk berciuman sementara hujan angin sedang menyapa.
Ups!
Melihat keadaan dirinya yang sekarang bersin-bersin karena flu, Vanessa justru teringat dirinya yang kehausan saat bangun tidur tadi. Salah mengartikan sinyal tubuhnya yang satu itu sebagai efek mimpi buruk, ternyata itu justru tanda-tanda bahwa tubuhnya sedang tidak fit.
Bangun tidur dan langsung meladeni Ryan membuat Vanessa tidak memperhatikan bahwa tubuhnya bermasalah pagi itu. Tenggorokan kering bukanlah satu-satunya hal yang terjadi pada dirinya. Ketika ia selesai mandi dan bersiap, ia baru menyadari bahwa hidungnya terasa gatal dan badannya sedikit meriang. Dan di saat matahari meninggi dimulailah petualangan Vanessa dan bersinnya. Yang mana sepertinya, hal itu juga terjadi pada Ryan. Dari tempatnya duduk, Vanessa bisa melihat Ryan yang juga bersin berulang kali.
Vanessa meneguk ludahnya. Entah mengapa, tapi ketika pandangannya melihat Ryan di seberang sana, eh mendadak saja ia teringat beberapa hal yang bisa membuat perutnya terasa mual seketika.
Sore hari di tengah hujan di kebun jagung.
Pagi hari di dapur.
Argh!
Vanessa benar-benar kacau sekarang. Anggaplah kejadian sore itu kekhilafan karena dia terhipnotis dengan suasana yang sedemikian rupa. Tapi, bagaimana dengan pagi tadi? Bukan berarti Vanessa dan Ryan kembali berciuman, hanya saja perkataan Ryan itu sukses membuat Vanessa merinding.
Ketika Ryan menyuruh dirinya untuk memilih, Vanessa berniat kabur. Tapi, eh cowok itu justru merentangkan kedua tangan. Menghadang Vanessa seraya memonyongkan bibirnya seperti emoji dengan bibir angka tiga itu.
Ih!
Vanessa merinding.
Ketakutan, akhirnya Vanessa lebih memilih duduk di meja makan. Sarapan sup di pagi hari jauh lebih baik daripada dicium lagi!
KAMU SEDANG MEMBACA
Kuliah Tapi Menikah 🔞 "FIN"
RomanceJudul: Kuliah Tapi Menikah Genre: Romantis Komedi Manis (18+) Status: Tamat Cerita Kedua dari Seri "Tapi Menikah" Buat yang belum dewasa, sangat tidak disarankan untuk membaca! ********* "BLURB" Masa sih menikahi dosen sendiri? Yang benar saja. Riz...