8. Perdebatan

3.3K 157 0
                                    

Setelah melewati beberapa drama selama perjalanan, pada akhirnya Ryan dan Vanessa tiba pula di unit apartemen mereka.

Tadi sebelum menuju ke unit, Ryan menyempatkan diri untuk menyapa resepsionis. Sekadar berkenalan singkat dan baru setelahnya ia naik bersama Vanessa yang terlihat hanya menunggu dirinya di dekat lift.

Mungkin dia capek, pikir Ryan.

Dan sekarang, ketika Ryan dan Vanessa melangkah masuk ke dalam unit, sontak saja mata keduanya membelalak. Bahkan rasa-rasanya Ryan ingin mencuci mukanya dulu kalau-kalau ada kotoran mata yang menghalangi pandangannya kala itu.

"Wah!"

Ryan tanpa sadar terkesiap besar. Ia pun kemudian berdecak kecil berulang kali seraya mengedarkan pandangannya mengelilingi ruang tamu yang berukuran besar itu. Benar-benar merasa takjub.

"Wah wah wah! Ini Eyang sebenarnya ngasih hadiah pernikahan atau ngasih harta warisan?"

Cowok itu geleng-geleng kepala beberapa kali.

"Tau kayak gini, beneran udah nikah aku dari dulu."

Dan ucapan Ryan yang satu itu sukses membuat Vanessa membeku. Wajahnya memerah hingga ke telinga.

Sementara itu Ryan yang tampak fokus mengamati interior di ruang tamu itu seolah tak menghiraukan keberadaan Vanessa di sana. Hingga kemudian ketika ia membalikkan badan, ia mengernyit melihat Vanessa yang terlihat aneh.

"Ehm ... kamu kenapa?" tanya Ryan menghampiri Vanessa.

Gadis itu mengangkat wajahnya agar bisa melihat kedua mata Ryan. Ia lantas bertanya. "Jadi, itu alasan kamu?"

"Alasan?" Dahi Ryan berkerut. Tak mengerti dengan pertanyaan Vanessa. "Alasan apa?"

Mata Vanessa tidak bergeser dari memaku tatapan mata Ryan. "Alasan kamu menerima pernikahan mendadak ini," jawab Vanessa. "Untuk mendapatkan harta dari eyang kamu?"

What?

Mata Ryan melotot. Lalu mengerjap-ngerjap.

Vanessa mengembuskan napas panjang. "Akhirnya rasa penasaran aku terjawab sudah," lirihnya seraya beranjak. Memilih untuk duduk di sofa empuk itu. "Beberapa hari terakhir ini aku penasaran mengapa kamu yang masih mahasiswa justru mau menerima dengan cepat pernikahan antara kita. Itu terdengar nggak masuk akal sama sekali."

Ryan hanya bisa terbengong mendengar kata-kata yang keluar dari mulut Vanessa.

"Ternyata karena harta," simpul Vanessa tersenyum miris.

Di sofa itu, Vanessa terlihat duduk dengan gestur yang kaku walau ia berusaha untuk sedikit bersandar di punggung sofa. Wajahnya terlihat lelah dengan beberapa ekspresi lainnya yang tidak mampu untuk Ryan terjemahkan. Terasa sulit.

Pada akhirnya, Ryan mengerjapkan mata. Berusaha untuk menyadarkan dirinya sendiri dari kebingungan yang melanda.

Pernikahan dadakan? Harta Eyang?

Ryan geleng-geleng kepala.

Memangnya kemaren Eyang ada ngomong mau ngasih aku unit mewah ini sebelum aku nerima pernikahan ini? Kan nggak.

Sembarangan aja ini cewek ngebuat kesimpulan.

"Ehm ...." Ryan mendehem. Memilih untuk duduk pula. Merasa bahwa ada sesuatu yang harus diluruskan antara mereka berdua. "Tunggu bentar, sepertinya ada kekeliruan di sini."

Mata Vanessa berkedip sekali. Tapi, kali ini bibirnya terlihat tersenyum sendu. Ia menggeleng pelan.

"Udah. Kamu nggak perlu bohong. Tenang aja, aku nggak bakal sakit hati kok. Lagipula dari awal aku memang udah nggak berharap apa pun dengan pernikahan ini. Jadi, ya santai aja."

Kuliah Tapi Menikah 🔞 "FIN"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang