Mungkin karena malam tadi sebelum tidur ada iming-iming kencan berdua di akhir pekan bersama Vanessa, maka jangan heran sama sekali kalau Ryan bangun sangat pagi hari itu. Mengingat akhir pekan, melihat Ryan bangun sekitar jam enam pagi adalah hal yang menakjubkan.
Walau sebenarnya ia sedikit merasa enggan melepaskan pelukannya dari tubuh Vanessa, tetap saja.
Demi kencan! pikir Ryan.
Cowok itu pun juga langsung menyingkirkan keinginan untuk tetap bermalas-malasan di atas tempat tidur bersama gadis itu. Alih-alih, ia justru membangunkan Vanessa. Mengguncang tubuh gadis itu dengan lembut hingga kedua mata Vanessa membuka perlahan dan lalu menatap dirinya.
Wah!
Jangan ditanya bagaimana perasaan Ryan mendapati dirinya menjadi objek pertama yang dilihat oleh mata Vanessa setelah bangun dari tidurnya. Ck. Bahagia tak terkira. Seperti ada ribuan burung beterbangan seraya berkicau merdu di sekeliling dirinya saat itu.
Setelah memastikan gadis itu benar-benar bangun, Ryan pun langsung kembali ke kamarnya. Berniat untuk mandi dan segera bersiap. Dan ia tak butuh waktu yang lama. Cowok itu benar-benar bersiap dengan secepat kilat.
Sabtu pagi yang sangat cerah. Matahari bersinar dengan terang. Langit biru tanpa ada awan. Dan yang pastinya aku sudah tampil maksimal.
"Ha ha ha ha."
Ryan menyeringai melihat pantulan wajahnya di cermin.
Memang turunan Eyang ini nggak salah banget. Wajah cakep hasil perpaduan Tuan Tanah zaman Hindia Belanda yang kepincut wanita pribumi memang tak ada tandingannya.
"Ha ha ha ha."
Ryan mendehem. Dua kali. Sepertinya rasa senangnya pagi itu benar-benar meluap hingga ia khawatir Tuhan nanti murka.
Jangan kelewat senang, Yan.
Pamalik.
Ntar mendadak ada halangan merintang, baru deh tau rasa.
Nangis kejer-kejer kamu ntar.
Fyuh!
Tapi, Ryan sekali lagi tidak mampu menahan senyum bahagianya seraya memeriksa penampilannya pagi itu.
Celana jeans hitam licin habis disetrika, oke.
Kemeja hitam sedikit corak, oke.
Rambut rapi ala bintang iklan sampo urang-aring, o---
Ryan mengerjap. Lalu menatap rambutnya sendiri.
Mana ada bintang iklan sampo urang-aring yang rambutnya pirang, Yan?
Ngacok kamu ah.
Ryan terkekeh menyadari keanehan pemikirannya yang satu itu. Tidak masuk akal sama sekali.
Oke, terlepas dari apa warna rambut aku, by the way ... aku emang cakep. Sangat pas untuk mendampingi Dinda Vanessayang yang cantik buat jalan-jalan di akhir pekan.
"Widih!"
Ryan mengusap lengannya bergantian.
"Berasa merinding aku. Baru ngebayanginnya aja uda ngebuat aku gemetaran." Ryan terkekeh. "Mungkin ini yang dinamakan sebagai akibat belum sarapan."
Hahahaha.
Ryan pun segera keluar dari kamarnya. Menuju ke dapur.
Ia dengan cepat menyiapkan sarapan untuk dirinya dan Vanessa. Dua porsi roti tawar dengan selai coklat. Bersamaan dengan jus jeruk yang dengan cepat ia peras dari buah jeruk asli.
![](https://img.wattpad.com/cover/304473930-288-k88711.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Kuliah Tapi Menikah 🔞 "FIN"
RomanceJudul: Kuliah Tapi Menikah Genre: Romantis Komedi Manis (18+) Status: Tamat Cerita Kedua dari Seri "Tapi Menikah" Buat yang belum dewasa, sangat tidak disarankan untuk membaca! ********* "BLURB" Masa sih menikahi dosen sendiri? Yang benar saja. Riz...