Alur cerita berhubungan dengan part sebelumnya. Latar waktu diambil setelah Daren mengantar Esther pulang.
Happy Reading 🌻
⭐⭐⭐
Pukul 14. 30
Di Ruang Sekretariat HimpunanDi ruangan yang sunyi. Ditemani dentingan jam dinding bersama suara papan tik yang ditekan dengan jari-jari penuh lelah, duduk seorang pemuda berwajah rupawan. Matanya bergerak seirama dengan rentetan kalimat yang berusaha ia susun. Daren bersama kewajibannya sebagai Kahim, menyusun laporan bulanan dengan telaten.
Daren Lazuardi. Si ketua himpunan yang digadang-gadang sebagai pangerannya FKM. Ganteng, pintar, ramah, dan murah senyum. Sempurna kan? Laki-laki dengan alis mirip burung camar ini sering dijuluki CoKiBer alias Cowok Kita Bersama. Karena selain ganteng-ganteng jomblo, Daren pun sangat ramah kepada siapapun.
Masih berkutik dengan laptopnya. Dering dari ponselnya mengusik kesibukan Daren. Mau tak mau, Daren mengangkat telepon dari teman satu himpunan. Decakan malas keluar begitu saja ketika temannya mengabari kalau baru saja proposal pengajuan dana untuk kegiatan mahasiswa bulan depan ditolak oleh dekan.
"Revisi ulang! Gak mau tau, pokoknya besok harus diterima," ucapnya lalu mengakhiri telepon sepihak. Pikirannya mendadak kacau. Bukan hal baru kalau proposal ditolak, tapi yang menjadi masalah adalah acara itu akan dilaksanakan bulan depan. Yang mana artinya, waktu untuk mempersiapkannya pun sangat singkat.
Daren mengacak rambutnya kasar. Memutuskan untuk pulang setelah tiga jam mendekam di ruang sekretariat himpunan. Kaki jenjangnya melangkah menuju parkiran. Menelisik orang-orang yang berlalu-lalang sambil memicingkan mata, mencoba menghalau matahari sore.
"Oy, nongki kek. Buru-buru amat!" teriak seseorang dari kejauhan. Dari perawakannya, sudah bisa Daren tebak kalau itu adalah Surya. Si mahasiswa sibuk yang kerjaannya ada dimana-mana. Kali ini dirinya bersama Fahri, kakak tingkatnya sekaligus mantan ketua himpunan. Mereka berdua duduk di gazebo dekat parkiran, entah sedang membahas apa. Sepertinya pekerjaan.
"Lo ngapain disini?" tanya Daren begitu sampai di gazebo.
"Lah, suka-suka gue. Mau kemana lo? Kusut amat tuh muka," cerca Surya setelah ber-high-five bersama. Fahri tak mau ketinggalan, dirinya tos ala laki-laki dengan Daren.
"Paling stress ngurus himpunan. Iya gak, Ren?"
Daren mengangguk, mengiyakan kalinat Fahri yang memang sangat tepat.
"Kuliah tuh dinikmati, bro," Surya menepuk punggung Daren pelan.
Mereka bertiga duduk sambil bercengkrama layaknya sedang konferensi meja bundar. Membahas suatu hal yang serius diselingi canda-canda yang garing.
"Yaudah, gue cabut dulu," Daren beranjak dari duduknya. Berjalan menuju motornya. Kemudian, hilang bersama bayangannya.
Di depan rumah bercat biru muda, Daren memarkirkan motornya. Senyumannya mengembang. Kaki jenjangnya memasuki rumah dengan riang.
"Assalamualaikum. Daren pulang!"
Terdengar suara tergopoh-goph dari arah dapur. Memunculkan wanita setengah baya dengan clemek masih melekat ditubuhnya. Tangan kiri wanita itu menenteng pisau yang sepertinya bau bawang.
"Aih, kasepnya mama sudah makan belum? Mama baru masak. Kamu mandi aja dulu, ya?
Daren tertawa, "Iyaaa. Masak yang enak, oke ibu negara?"
"Eleh-eleh, emang kapan masakan mama gak enak?" mama Daren melotot tak terima. Pisaunya megacung begitu saja ke arah wajah Daren.
"Weizz, ma, pisaunya turunin atuh. Serem amat kayak psikopat."
![](https://img.wattpad.com/cover/285215810-288-k513616.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
SEMESTA [end]
FanfictionSemesta Persahabatan, Cinta, dan Cita-Cita. Tentang bagaimana semesta mempertemukan empat serangkai yang orang sebut sebagai sahabat. Dan tentang bagaimana bumbu-bumbu cinta yang empat serangkai itu rasakan. Hingga tentang bagaimana cara semesta men...