[10.1] Dunia Luna

232 31 31
                                        

Sebelumnya aku mau bilang, kali ini pakai sudut pandang orang pertama di sebagian cerita. Jadi, Luna akan bercerita tentang siapa dirinya dan bagaimana masa lalunya.

Semoga suka, Happy Reading 🌻💛

•••

[LUNA POV]

Hai, aku Aluna Sienna. Kayaknya gak usah perkenalan karena kalian sudah tahu siapa aku. Hmmm, sejujurnya aku gak tahu harus menceritakan apa. Aku bisikin ya, sebenarnya aku disuruh author buat cerita jadi mau gak mau aku harus bercerita.

Oke, hari ini aku kuliah pagi dan selesai jam 2 siang. Setelahnya, aku mampir di toko buku. Aku beli brush pan karena punyaku sudah habis. Alat tulis di toko buku lebih lengkap daripada di swalayan, jadi aku suka membeli alat tulis di toko buku. Walaupun harganya sedikit lebih mahal, tapi itu worth it sama kualitasnya. Siang menjelang sore ditemani matahari terik. Panas banget sampai aku harus pakai sunblock dua kali. Perutku susah diajak kompromi. Niat hati mau bikin mie instan rasa geprek di rumah, tapi baru keluar toko buku perutku sudah keroncongan. Aku melihat kafe di ujung jalan. Ya, kafe milik Khrisna. Semenjak aku tahu kalau pemilik kafe itu adalah adik Mas Wisnu, aku jadi jarang kesana. Karena aku malu kalau harus bertemu Khrisna lagi. Tapi, aku gak bisa bohong, aku rindu cake tiramisu. Aku rindu vanila latte. Dengan hati dan tekad yang bulat, akhirnya aku mampir di kafe.

Ku dorong pintu kafe perlahan. Bunyi dentingan lonceng dari atas pintu membuat orang-orang menatapku. Rupanya kafe tidak terlalu ramai. Hanya ada seorang pengunjung perempuan di ujung dan tiga orang laki-laki berseragam sekolah salah satu SMA swasta di meja tegah. Aku mengambil tempat duduk disebelah jendela, dekat rak buku. Lantas aku menekan bel yang ada dimeja. Seorang pemuda yang paling aku hindari justru tengah menatapku dengan senyum cerahnya.

"Hallo, kakak ipar, mau pesan apa?" kalian harusnya sudah tahu dari kalimat yang dia ucapkan. Yap, Khrisna dengan apron hitam dan kaos putihnya. Aku hanya menanggapi dengan senyum kikuk. Kenapa harus Khrisna yang datang? Kemana Jihan?

"Eeee, tiramisu satu slice sama vanila latte," jawabku cepat sebelum Khrisna nyengir lebih lebar.

"Ada lagi?"

"Nggak ada. Udah itu aja."

"Oke, ditunggu."

Aku bernafas lega ketika Khrisna kembali ke tempatnya. Kafe ini punya cara pelayanan yang sedikit berbeda. Kalau biasanya kita menuju meja kasir untuk memesan dan langsung bayar. Disini kita hanya perlu memencet bel yang ada disetiap meja, lalu akan dihampiri dan ditanya mau pesan apa. Membayarnya pun tidak perlu ke meja kasir, cukup beri uang ketika pesananmu datang. Agak ribet memang, tapi aku senang karena aku gak perlu ngantri di depan meja kasir untuk memesan. Ramah untuk kaum mageran sepertiku hehehe. Pandangan ku alihkan ke jalanan kota. Bis dan angkot seperti bermusuhan demi mendapat penumpang. Kepulan asap hitam pekat membumbung tinggi. Tatapan jengah dari orang-orang yang berhenti di lampu merah. Anak kecil yang berjalan kesana kemari menawarkan minuman kemasan. Aku mengamati mereka. Menerka-nerka kemana dan apa tujuan mereka begitu sibuk di dunia yang aneh ini.

Sembari menunggu pesananku datang, aku akan bercerita tentang siapa diriku. Karena memang ini tujuan dari bagian kali ini. Oke, pertama-tama, seperti yang orang tahu, aku seorang mahasiswa rantau. Dulu, mamaku sempat ragu mengizinkanku merantau. Walaupun jarak kota tempat tinggalku dan kota perantauan tak begitu jauh. Tetap saja, aku harus ngekost dan hidup mandiri. Karena aku adalah anak tunggal alias anak satu-satunya, mama cuma takut satu hal, mama takut aku sendirian di kota asing. Karena beliau tahu persis bagaimana sifatku dan kebiasaanku. Dari kecil aku hidup dalam limpahan kasih sayang dari papa dan mama, selalu berada dalam lindungan orang tua. Merantau adalah hal yang benar-benar baru buatku karena disini gak ada mama dan papa yang selalu ada untukku.

SEMESTA [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang