Mari menyapa bulan dan bintang yang malam ini tersenyum bahagia bersama binar indahnya. Pun dengan udara yang lebih hangat daripada malam sebelumnya. Bianglala berputar dengan anggunnya. Komedi putar pun tak kalah eksis bersama dengan pijaran gemerlapnya. Aneka jenis jajan tersaji disepanjang jalan. Orang-orang mulai bergerombol heboh ketika seorang bapak-bapak menjalankan aksi sirkusnya. Ditambah serunya pekikan dan tangisan anak kecil yang takut dengan badut yang berkeliaran layaknya boneka hidup. Padat yang menyenangkan.
Ditemani dengan dua laki-laki, Luna duduk di bangku dekat wahana kora-kora. Yang satu sibuk dengan gawainya, satu lagi sibuk dengan kameranya. Ingin menegur tapi enggan. Ingin bertanya tapi sungkan. Alhasil, Luna hanya duduk diam bersama skenario-skenario dibenaknya. Esther dan Surya masih perjalanan kesini. Kalau bukan karena Langit yang ceroboh karena lupa kunci pagar, mungkin mereka berlima sudah mencoba berbagai wahana yang ada. Iya, berlima, bukan berempat. Jangan lupakan kejadian dimana Langit sengaja mengajak Wisnu ikut jalan-jalan di pasar malam hari ini. Dan sekarang, pemuda berkacamata itu sedang sibuk membenarkan kamera roll ditangannya.
"Surya mana sih? Lama amat deh. Keburu dicipok nyamuk ini mah anjir," Langit menepuk lengannya kasar ketika seekor nyamuk berbadan gempal mendarat dan mencoba menghisap darahnya.
"Suruh siapa lupa ngunci pagar? Masih untung Esther mau balik dulu," sewot Luna sedikit menaikkan suaranya karena teredam oleh bisingnya pasar malam.
Langit memberi kode kepada Wisnu. Cuma karena Wisnu adalah salah satu spesies laki-laki yang kurang peka, kode-kodean itu berjalan sedikit lebih lama. Hingga akhirnya Wisnu berhasil menangkap kode itu dengan benar.
"Mau jalan-jalan dulu?"
Luna menoleh. Dirinya sudah bosan duduk diam disini. Tapi, apakah jalan bersama Wisnu adalah ide yang baik?
"Udah sana jalan duluan. Gue tunggu Esther sama Surya. Nanti gue susulin deh, janji!" bujuk Langit.
Akhirnya, Luna dan Wisnu berjalan beriringan. Suasana canggung merayapi mereka berdua. Sesekali Wisnu memotret sudut-sudut yang menurutnya pas untuk dibidik. Luna hanya memperhatikan gerakan demi gerakan Wisnu yang dimatanya begitu menarik untuk dilihat.
"Kamu mau saya foto?"
Cepat-cepat Luna menggeleng dan mengibaskan tangannya, "Eh, nggak. Aku gak bisa gaya kalau foto."
Wisnu tertawa pelan. Tangannya terangkat, mengarahkan fokusnya ke arah Luna yang kala itu sedang memperhatikan komedi putar. Wisnu tersenyum puas menatap hasil bidikannya kali ini. Satu-satunya foto perempuan yang sengaja Wisnu ambil dengan kameranya. Bahkan, mamanya pun tak pernah Wisnu potret. Entah kenapa, tangannya tertarik untuk mengambil foto Luna malam ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEMESTA [end]
FanfictionSemesta Persahabatan, Cinta, dan Cita-Cita. Tentang bagaimana semesta mempertemukan empat serangkai yang orang sebut sebagai sahabat. Dan tentang bagaimana bumbu-bumbu cinta yang empat serangkai itu rasakan. Hingga tentang bagaimana cara semesta men...