[12.1] Holiday

176 30 32
                                    

Pagi yang cerah mengawali kegiatan menyenangkan di hari Minggu. Satu kendaraan beroda empat telah siap berpacu pada jalanan aspal. Kacanya mengkilap, terlihat habis dicuci kemarin sore. Bagasi yang penuh dengan persediaan makanan dan minuman, dua tas ransel berisi baju ganti, dan satu kotak obat yang selalu dibawa kemana-mana. Pukul 9 yang terlalu terik, matahari sudah menyengat. Keempatnya duduk berdampingan. Ditemani suara radio yang menyampaikan perkiraan cuaca tiga hari ke depan.

Luna, Esther, Langit, dan Surya, keempatnya berencana ke pantai hari ini. Menikmati akhir pekan setelah gempuran ujian minggu lalu. Luna duduk di depan bersama Langit, membujuk laki-laki itu untuk membelikan sekotak chocopie di minimarket depan. Surya sibuk dengan gawainya, sedangkan Esther menatap jalanan yang banyak orang-orang bersepeda. Kalau dipikir-pikir, mereka berempat sudah jarang bersepeda bersama. Hanya sesekali melakukan kerja bakti dua minggu sekali saja.

Mobil Esther berhenti di depan pom bensin. Langit memutuskan untuk mengisi bensin sekalian menunggu yang lain datang. Yap, mereka tidak hanya berempat melainkan berdelapan. Wisnu, Tasya, Nadhira, dan Erlan memutuskan untuk ikut. Awalnya Surya menyarankan untuk mengajak Daren saja, tapi Esther menolak karena dirinya tidak ingin Daren merasa tak nyaman berada disekitarnya. Setelah percakapan mereka di danau siang itu, Esther menjadi sedikit memberi ruang untuk mereka berdua. Daren pun sama, bukannya menjelaskan justru ikut memberi ruang. Yang artinya, komunikasi mereka berdua sedang renggang kali ini. Benar-benar tidak bertukar kabar dan hanya sesekali saling menimpali di grup chat magang.

"Lang, minta struk jangan lupa!" peringat Esther yang diangguki Langit. Pemuda itu keluar dan petugas mulai menyodorkan selang ke dalam lubang tangki mobil Esther.

Luna menoleh ke belakang, "Esther nanti sama aku, yuk? Mas Wisnu bilang aku suruh pindah mobilnya." Esther berpikir sejenak. Dirinya tak begitu akrab dengan Wisnu. Kalau mengiyakan Luna pun pasti terlihat awkward di mobil nantinya.

"Nggak, Esther sama gue. Lo sama Langit aja. Gue bawa mobil ini. Kan Esther juga akrab sama Erlan, daripada sama Bang Wisnu nanti canggung," ujar Surya menengahi. Belum juga Esther menjawab, kalimat Surya barusan sudah memberikan keputusan final.

"Yaudah deh."

Beberapa menit kemudian setelah Langit mengisi bensin, sebuah mobil hitam yang sangat mereka kenali memberi klakson. Terlihat Wisnu dengan setelan sederhana, celana jeans dan kaos oblong warna biru. Sangat serasi dengan Luna yang juga memakai dress pantai selutut warna senada. Gadis itu berlari menyusul pacarnya. Aduh-aduh, si bayi mulai bucin sama pacarnya. Ketiganya hanya mampu menggeleng melihat gaya pacaran Luna dan Wisnu yang terkesan kaku alias ya gitu-gitu aja, lempeng. Tidak ada gandengan, tidak ada rangkulan, hanya ngobrol biasa di depan mobil Wisnu yang terparkir di belakang mobil Esther.

"Bang, bayi gue minta chochopie tadi. Beliin gih, daripada ngambek gak mau makan hahaha," ujar Langit jahil. Luna mendelik kesal, mulut Langit memang ember.

Wisnu menoleh ke arah Luna dengan senyum yang masih terpatri, "Mau beli? Itu ada Indomaret. Yuk?"

Tanpa basa-basi, Wisnu menggandeng tangan Luna menuju Indomaret. Nah ini baru yang namanya pacaran. Mana ada pacaran berdiri samping-sampingan doang. Sebuah kendaraan roda dua berhenti di depan mereka. Bapak-bapak berjaket jasa ojek online dan seorang perempuan dengan ransel hijaunya. Senyum Langit merekah melihat siapa yang datang. Nadhira memberikan helm kepada si bapak dan mengucapkan terimakasih.

"Hai, udah lama? Sorry ya, tadi susah dapet drivernya. Biasa kalau Minggu emang sibuk semua driver ojolnya," jelas Nadhira yang dihadiahi gelengan oleh Esther. "Nggak, ini juga lagi nunggu Tasya sama Erlan kok. Santai."

Nadhira celingukan. Sadar ada satu orang yang kurang. "Luna mana?"

"Ke Indomaret sama pacarnya noh," jawab Langit enteng. Dirinya mengambil alih ransel Nadhira dan memasukkan ke bagasi Wisnu yang masih longgar. Hanya ada satu tas gunung, satu kardus minuman, dan satu kantong plastik berisi makanan ringan. Padahal Wisnu sudah mempersiapkan camilan, tapi kenapa dia mengajak Luna ke Indomaret buat beli jajan lagi? Langit menyeringai jahil, apakah ini yang dinamakan strategi perbucinan?

SEMESTA [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang