Suara video dari speaker. Proyektor yang memantulkan gambar. AC ruangan yang menyemburkan udara dingin ruang kelas. Dengusan malas dari beberapa manusia. Hingga tatapan lurus tak berkedip dari jajaran mahasiswa ambis. Getaran halus dari kaki yang diketuk-ketuk ke bawah kursi. Bolpoin hitam yang berputar di jari-jari seorang pemuda. Tangan kekarnya memangku dagu yang merengek meminta ditidurkan.
Surya menatap malas dosen plontos didepannya. Menyajikan video yang harus dia telaah sendiri apa maksudnya. Perutnya keroncongan, minta diberi asupan. Matanya melirik jam dipergelangan tangannya. Dua puluh menit lagi, begitu pikirnya. Nyatanya, pak dosen berceloteh sampai melebihi batas waktu pengajaran. Membuat tatapan sinis dari mahasiswa-mahasiswa menyergapinya. Mengucap seribu maaf dan hilang dibalik pintu.
"Haaaahhhh anjir!" Surya menghela nafas kasar. Merapihkan buku-buku, memungut tasnya, kemudian berjalan gontai keluar kelas.
Tujuannya kali ini adalah kantin. Kakinya melangkah dengan santai. Sesekali menyapa kawan-kawan yang berlalu-lalang. Di meja dekat wastafel, duduk seorang gadis berrambut coklat gelap sedang menulis entah apa di buku catatan miliknya. Surya menatap gadis itu, rasa laparnya seakan lenyap.
"Hallo, sendirian aja."
Gadis itu menoleh, "Eh, iya, Sur. Baru selesai kelas?"
"Hooh,"
"Oiya, minggu depan ada pameran. Lo ikut?" tanya Surya. Gadis berwajah mirip boneka itu menoleh. Matanya berbinar cerah mendengar kata pameran. Bibirnya menyunggingkan senyum secerah bunga matahari.
"Ikut ikut, lo ikut juga, kan? Bareng aja, yuk?"
Surya terkekeh, "Oke. Nanti kabarin aja, Tas."
Gadis berambut coklat itu mengangguk mengiyakan. Surya tersenyum. Si famous yang humble, begitulah Surya mendeskripsikan Tasya. Surya kagum dengan perangai Tasya yang tetap tersenyum, sekalipun sedang lelah. Surya tahu, jam terbang Tasya padat, menjadi sekertaris BEM Fakultas Pertanian membuatnya super sibuk. Ditambah tugas-tugas yang wajib dilahap oleh semua mahasiswa. Hubungan mereka baik, selayaknya teman pada umumnya. Yang sesekali hangout bersama, atau jika dalam kasus Surya dan Tasya, ya, ke pameran bersama.
"Oiya, gue duluan ya. Ditunggu kapten nih hahaha," pamit Tasya, menepuk sekali pundak Surya sebelum berlari kecil menuju gedung fakultas.
Diam-diam Surya memperhatikan semua perlakuan kecil Tasya. Bagaimana gadis itu selalu tersenyum cerah dan bagaimana kibasan rambutnya seolah menjadi sihir bagi Surya.
"Ah elah, lupa kan kalo mau makan," Surya menyadarkan diri dari lamunan singkatnya. Menepuk-nepuk pipinya, kemudian berjalan menuju kedai makanan diujung kanan.
Kakinya berhenti di depan sebuah mini kedai yang menjual ayam-ayaman. Mulai dari ayam goreng hingga ayam penyet. Matanya merambah daftar menu. Memilih mana sekiranya yang ingin ia santap.
"Nyak, ayam geprek satu, pedes ya."
Ibu-ibu berbadan gempal dengan celemek lusuh menengok sambil mengacungkan jempol yang penuh akan minyak. Enyak, begitu panggilan si ibu yang berjualan ayam-ayaman di kantin Fakultas Pertanian ini. Surya mencomot kerupuk yang disediakan didepan kedai. Membuka plastiknya sembari berjalan menuju meja tadi.
Diam sambil memakan kerupuk, ditemani pemandangan orang-orang yang datang dan pergi silih berganti. Beberapa mahasiswa asing tertangkap netranya, beberapa lagi adalah orang-orang yang satu fakultasnya. Tangannya merogoh ponsel di saku hoodienya. Membuka layar kunci, menemukan grup chat berisi tiga house-mate nya sedang rusuh perkara kaos kaki bau yang tergeletak disamping meja makan.
-
Semesta (4)Esther Laksita
Ngaku gak kalian!
Ini kalau gak Surya, pasti Langit
KAMU SEDANG MEMBACA
SEMESTA [end]
FanficSemesta Persahabatan, Cinta, dan Cita-Cita. Tentang bagaimana semesta mempertemukan empat serangkai yang orang sebut sebagai sahabat. Dan tentang bagaimana bumbu-bumbu cinta yang empat serangkai itu rasakan. Hingga tentang bagaimana cara semesta men...