Do You Miss Them?

154 22 13
                                    

TARAAAA~
SURPRISE~
Spesial edisi dari aku karena aku lagi kangen banget sama kakak-kakak Semesta.

•••

Matahari pagi mulai menampakkan wujudnya. Langit biru nan elok ditemani awan putih yang menari ria bersama burung-burung. Siulan santai dari seorang pekerja di homestay tempat mereka tinggal sementara beradu dengan gemercik air dari kolam ikan. Satu pemuda dengan seragam khas pegawai melempar pakan ikan ke dalam kolam. Deringan ponsel di atas nakas tak cukup mengganggu tidur seorang gadis yang tengah sibuk berkelana di alam mimpinya. Suara shower dari bilik kamar mandi ditambah melodi indah dari bibir gadis lain menjadi awal kisah di akhir pekan yang sempurna. Selamat bertemu kembali dengan dua wanita kesayangan Semesta.

GUBRAKK!!!

Nah kan, mulai terdengar suara-suara tawa cekikikan setelah dentuman lumayan keras dari depan. Dua manusia super kucel, yang satu tertawa sambil memegang secangkir kopi dan satu lainnya tersungkur di bawah lantai dekat sofa. Entah bagaimana bisa, keduanya terlihat begitu konyol dengan celana sepaha dan kaos tanpa lengan.

Jogjakarta, menjadi destinasi yang saat ini empat sekawan tapaki. Liburan akhir tahun yang sudah lama mereka rencanakan akhirnya terlaksana. Luna masih terpejam di kasurnya, Esther telah selesai dengan ritual mandinya, Surya sedang sibuk menyeduh kopi di pantry sebelum Langit datang dan tersungkur di ruang tengah karena kakinya tersandung koper. Keadaan yang benar-benar absurd. Di kamar ujung, Esther mengguncang tubuh Luna pelan. Berusaha membuat bayik satu itu terbangun dari tidurnya. Beberapa kali Esther mendengar deringan ponsel ketika ia sedang mandi. Benar saja dugaannya, ponsel Luna berdering berkali-kali. Nama familier dengan emoticon love tertera di layarnya, membuat Esther mau tak mau terus mencoba membangunkan Luna.

"Apa sih, Ther? Masih jam berapa ini?" gerutu Luna, menyibak selimutnya dan berusaha mengumpulkan nyawanya. Jemarinya mengucek matanya, mulutnya dengan santai menguap. Esther langsung menyodorkan ponsel di depan muka Luna.

Luna tercengir dan mengambil ponselnya. Menyapa sang kekasih yang jauh di benua tetangga dengan suara imutnya. Luna tahu kalau Wisnu mungkin marah lantaran dirinya lama tak menjawab telponnya. Sementara itu, Esther mengambil kerudung pashmina miliknya dan keluar dari kamar dengan keadaan lebih fresh. Langit masih terduduk di dekat sofa. Surya masih terkikik di depan pantry.

"Kalian kenapa sih?"

"Noh, si Pinokio matanya siwer. Udah tahu ada koper segede gaban masih aja ditabrak," tutur Surya. Dagunya menunjuk Langit. Tak heran dengan kelakuan teman masa oroknya itu, Esther memilih untuk ikut bersama Surya di pantry.

Tangan Esther dengan lihai membuka kulkas, memilah bahan makanan yang sekiranya cocok untuk teman sarapan pagi ini. Mata nyalang Surya tak berhenti menatap gadisnya yang terlihat seribu kali lipat lebih cantik. Hubungan antara Surya dan Esther bukanlah hubungan sederhana yang hanya berisi ungkapan manis dibibir. Surya menjaga Esther layaknya ia menjaga adik dan ibunya. Laki-laki kekar yang kata orang mirip preman pasar ini rupanya telah jatuh sejatuh-jatuhnya dalam pesona seorang Esther Laksita.

"Mau masak apa, ibu negara?" tanya Surya sedikit menggoda.

"Roti aja deh yang simpel. Awas kamu ah! Ngopi di sofa aja sana sama Langit," usir Esther.

Surya menuruti apa perintah Esther. Duduk di sofa bersama Pinokio sambil menonton berita terkini di televisi. Sesekali mengomentari, sesekali memaki, yahh, pokoknya semua hal yang lewat di kepala mereka obrolkan. Sepersekian menit kemudian, Luna datang dengan senyuman secerah bunga Daisy yang bermekaran. Rambut panjangnya ia gulung ke atas, menyisakan anak rambut yang menyapa ceruk lehernya.

SEMESTA [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang