[18.4] Sepedaan

143 32 25
                                    

Kicauan burung yang merdu ditambah deringan alarm dari empat kamar yang masih tertutup rapat menjadi pembuka yang pas untuk Minggu pagi. Empat anak manusia masih enggan membuka matanya dan tetap bergelung manja dengan selimut masing-masing. Tak terusik oleh bisingnya alarm yang sedaritadi meraung-raung. Sinar matahari perlahan-lahan muncul dan memaksa masuk melalui celah gorden. Pun dengan gonggongan anjing tetangga yang sangat memekakkan telinga.

Pukul 5.30 pagi, seluruh penghuni kosan Bude Yani sudah terbangun dari tidurnya. Semalam mereka sudah membuat janji untuk bersepeda bersama. Mumpung masih ada Car Free Day di alun-alun. Jadi mereka memutuskan untuk bersepeda dari rumah sampai alun-alun yang jaraknya sekitar 14 kilometer. Lumayan untuk membakar kalori hasil makan nasi goreng Mang Odin dan martabak Juara tadi malam.

Surya menjadi orang pertama yang bangun. Rambut gondrongnya sudah seperti sarang burung, berantakan sekali. Memutuskan untuk gosok gigi dan cuci muka saja karena nanti pasti berkeringat lagi, Surya akhirnya keluar dan duduk sendirian di meja makan setelah berganti pakaian dengan celana pendek abu-abu dan kaos hitam polos. Tak lama setelahnya, Esther datang dengan wajah super fresh dengan balutan kulot hitam dipadu kaos lengan panjang warna tosca dan kerudung Rabbani instan warna hitam. Luna menyusul Esther turun. Sama-sama terlihat fresh dengan polesan bedak tipis dipipi gembulnya. Legging hitam dengan kaos oversize kuning sangat cocok ditubuh Luna. Rambutnya ia kuncir menjadi bentuk pony tail. Mereka saling melempar ucapan selamat pagi sembari menunggu satu manusia lagi. Cengiran Langit terlalu silau untuk pagi yang hangat ini. Sama seperti outfit Surya, Langit juga memakai celana pendek warna abu-abu tetapi dengan kaos putih polos. Empat manusia sudah kompak berkumpul di meja makan. Hal yang selanjutnya mereka lakukan adalah bengong.

"Ngopi dulu kek daripada bengong aja nunggu matahari," pekik Langit yang membuyarkan lamunan tiga orang lainnya.

"Gue mau susu aja deh. Luna mau apa?" Esther beranjak dari duduknya. Bersiap dengan panci kecil untuk merebus air.

Luna ikut berdiri dan meraih kopi instan yang selalu tersedia di kotak biru. "Mau susu plain aja. Surya mau kopi yang mana? Langit yang mana?"

"Gue Luwak White Coffee aja," sahut Surya. Disusul sahutan Langit yang mengatakan, "Gue pengen kopi hitam biasa aja."

Gadis itu mengangguk, kemudian tangannya mulai meracik kopi pesanan dua lelaki itu. Tanpa menunggu terlalu lama, Esther mulai menuang air panas ke dalam dua mug berisi kopi hasil racikan Luna. Sedangkan si poni sudah duduk bersama segelas susu plain dan satu bungkus Oreo ice cream. Langit mencomot satu Oreo dan memakannya dengan santai. Akhirnya, Esther duduk di samping Surya ditemani segelas susu coklat hangat. Ikut memakan Oreo hingga keping terkahir.

"Yok! Keburu siang makin panas," seru Surya yang sudah siap menenteng bike helmet miliknya. Kalau dilihat-lihat, Surya menjadi orang yang paling semangat disini. Lihat saja raut wajah bahagia yang daritadi ia tunjukkan.

Memang kegiatan yang menggunakan tenaga adalah favorit Surya. Yang lainnya hanya mengikuti apa yang sudah Surya lakukan, yep, mengambil bike helmet masing-masing. Dua laki-laki berusaha mengeluarkan sepeda yang terhimpit mobil Esther. Sengaja ditaruh di pojokan garasi karena memang jarang dipakai. Setelah dirasa siap. Mereka meggowes sepedanya perlahan. Di depan ada Esther, disusul Langit dan Luna, kemudian belakang sendiri ada Surya.

"Ayo balapan! Yang terakhir sampai alun-alun traktir minum ya!" teriak Langit yang sudah ngacir duluan di depan.

"ISH, LANGIT CURANG BANGET!"

"Lah ngajak berantem nih si Pinokio!"

Tak terima dicurangi, ketiganya mengobel sepeda sekuat tenaga sampai akhirnya Surya berhasil mengimbangi langkah Langit yang tadi jauh didepan. Pemuda jakung itu justru tertawa-tawa diatas sepedanya.

SEMESTA [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang