68.

91K 9.7K 9.6K
                                    

Segala macam doa sudah gadis itu baca, ia sangat takut sekali saat ini. "Bukaa pintunya!!" Nasya menggedor gedor pintu tersebut.

Walau ikatan ditangannya sudah dilepas tapi rasa takut itu tak kunjung hilang. Ia dipaksa masuk kesebuah kamar bernuansa hitam di gedung tua ini.

Walaupun kamar ini terlihat lebih baik dari tempat yang tadi tapi menurutnya tidak ia malah makin khawatir jika berada disini. Nasya menatap ruangan ini terdapa sofa, meja dan kasur tidur disini, Ac-nya pun dinyalakan. Yang artinya tempat ini aktif digunakan

"Ya Allah tolong Nasya ya Allah... Nasya mau keluar dari sini." berbagai pikiran buruk melintasi pikiranya. Ia takut diapa apain oleh Leo.

"Mama, papa... Nasya takut." ia menangis sejadi jadinya.
"H-hiks, Y-ya Allah lindungilah h-hamba ya Allah." Ia menadahkan tanganya meminta perlindungan kepala sang pencipta.

"A-argan hiks, hiks a-aku mau pulang..." Ia sangat berharap Argan menjemputnya dan membawanya pulang ia takut disini.

BRAKK

Tiba tiba saja Leo membuka pintu kamar kasar ia berdiri di ambang pintu dan menatap Nasya dengan senyum smirk. Ia berjalan kearah soda dan mengambil sebuah vas bunga plastik.

"Allahhuakbar." Nasya hanya bisa merasakan kepalanya yang berdenyut saat Leo memukul kepalanya menggunakan vas tersebut. Walau vas itu plastik tapi tak bisa dipungkiri rasanya benar benar menyakitkan.

"Lo liatkan makanya kalo di baikin orang jangan ngelunjak!" Leo menarik cepolan rambut Nasya yang tertutup hijab.
"M-maaf..." rintihnya menahan sakit.

"Gak ada kata maaf!" Leo mendorong Nasya kekasur menjatuhkan wanita itu dan mengukungnya. Nasya terus memberokrak mendorong Leo tapi tenaganya tidak sebanding dengan Leo.

"Lo mau apa sih gak usah kaya gini hiks, hiks..."Nasya terus mendorong Leo dan Bukanya menjawab Leo malah menarik hijab instan yang Nasya kenakan.

"Astafirullahalazim lo apa apaan sih!" Nasya berusaha mengambil hijab yang berada di tangan Leo ia malu sekali rasanya. Sebelumnya tak ada yang pernah melihatnya tak menggukan hijab kecuali Argan, papahnya dan adiknya. "Balikin!" Lanjutnya yang masih mencoba meraih hijab tersebut.

Leo menarik hijab itu cepet ia tidak mau Nasya mengenakan hijabnya ia lebih suka melihat gadis cantik ini tanpa penutup kepala.
Loe membuang hijab itu asal agar Nasya tidak bisa meraihnya dan ia membelai rambu Nasya dengan lembut.

"Pentesan Argan suka sama lo ternyata ini yang lo sembunyiin dibalik kain sialan itu." Gumamnya yang terpesona melihat Nasya yang tak menggunakan hijab.

Air matanya jatuh untuk kesekian kalinya ia merasa sangat berdosa karna memperlihatkan auratnya pada orang yang sama sekali bukan mahromnya.

"Gak usah cengeng masih banyak lagi yang mau gue liat dari dan gue lakuin sama lo." Dengan tiba tiba Leo mendekatkan wajahnya kearah Nasya dan menciumnya. Tak diam sampai disitu ia mencengkram kedua tangan Nasya yang terus mendorongnya.

Air mata Nasya sudah mengalir deras rasa takut hancur dan semuanya bercampur aduk. Ia yang mengharapkan Argan dateng menjemputnya dan membawanya pulang hanya angan angan semata laki laki itu tak akan menolongnya.

Nasya hanya tergantung pada dirinya sendiri jika pasrah dapat dibastikan Leo akan berbuat lebih dari ini. Dengan segala kekuatan yang ia miliki Nasya menendeng bagian bawah milik Leo dengan keras menggunakan lututnya.

"Anjing!" Seketika Leo melepaskan ciumannya, ia memegangi benda di bawah perutnya itu. Nasya yang melihat Leo yang mulai melonggarkan kakunganya itu langsung meraih lampu tidur besi yang berada tak jauh mereka dan memukulnya tepat di kepala Leo.

ARGANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang