Tiga bulan telah berlalu...
Ternyata tak mudah bagi Argan mendapatkan Perhatian Nasya. Berbagai cara sudah ia lakukan untuk menarik perhatian wanita tersebut tapi sangat sulut.
Semakin hari Nasya semakin susah di temui, bahkan setiap ia datang kerumah mertuanya hasilnya nihil, Nasya selalu tidak ada.
Dan beberapa bulan terakhir hidup Argan berubah 180 derajat. Ternyata hidup tanpa kehadiran istri tercinta itu sangat menyiksa. Ia seperti orang setengah hidup.
Ia hanya bertemu Nasya pada saat jadwal check up kandungan saja, selebihnya wanita itu susah dihubungi. Puluhan chat yang ia layangkan tak pernah membuahkan hasil. Ya satu satunya kesempatan Argan untuk menemui Nasya hanya saat check up.
Jika sudah waktunya check up Argan akan benar benar memanfaatkan waktu tersebut, dan ia akan mengajak Nasya makan atau sekedar jalan-jalan bersamanya.
"Sampai kapan gue kaya gini." Ucap Argan sambil mengaduk mei instannya.
Beberapa bulan terakhir hidupnya benar benar berantakan kehidupanya, perkuliahan, bahkan finansial. Tama tidak pernah memanggil Argan lagi untuk bekerja, Tama benar benar mencabut fasilitasnya, semua ATM yang ayahnya berikan semua telah di diblokir. Melarat, mungkin kalimat itu kalimat yang tepat dan cocok.
Walau ayahnya sudah tidak memerdulikanya tapi bersyukur karna ia masih memiliki bunda dan adik adiknya yang masih memerhatikannya. Buktinya Giselle dan Kiara sering datang kerumah untuk membantu membersikan rumahnya, atau bahkan membuatkan beberapa lauk untuknya.
Sebenarnya rumah yang Argan tinggali ini seharusnya diambil juga oleh ayahnya tapi Giselle, Kiara dan Farel membujuk Tama agar tidak mengambilnya. Karna jika rumah ini diambil dimana Argan bisa tinggal. Jika ditanya kecewa dengan Argan pastinya mereka kecewa, tapi jika mereka tidak membantu Argan siapa lagi yang bisa Membantunya?
Jujur Argan tak ingin marah dengan ayahnya, ia berusaha mengerti jika ayahnya kecewa padanya. Ia juga berusaha mengambil hikmahnya saja dengan begini mungkin ia disuruh untuk mandiri.
Argan memakan mie instan yang baru saja ia makan itu dengan tidak bersemangat, ia bosan harus makan sendirian terus, padahal dulu ia makan selalu ditemani oleh Nasya.
Sebenarnya Argan tidak semiskin itu, ia masih punya tabungan yang bisa menghidupinnya sampai setahun kedepan, tapi ia tidak mau berfoya foya, ia tidak mau menghabiskan uang itu. Uang tersebut ia gunakan khusus untuk Nasya, uang bulanan, uang kuliah, dan biaya Check up ke dokter kandungan setiap bulannya. Argan telah memikirkan semuanya.
Walau mereka masih pisah rumah Argan tidak mau melepas tanggung jawabnya sebagai suami, ia masih memberikan istrinya itu uang, walau terkadang wanita itu menolak.
Setelah selesai makan Argan pergi kekamar dan melakukan rutinitasnya selama beberapa bulan terakhir. Menchat Nasya, siapa tau yang kali ini direspon.
Sementara Disebuah kamar bernuansa putih dan pink terlihat seorang wanita yang sedari tadi terus mengubah posisi tidurnya dari sebelah kiri ke sebelah kanan dari duduk hingga terlentang untuk mencari posisi tidur yang paling nyaman.
Wajahnya terlihat menahan rasa sakit, Ia meringis kesakitan saat bagian pinggangnya berdenyut.
Entah mengapa setelah memasuki usia kandung kelima bulan Nasya lebih sering sakit pinggang dan keram perut.

KAMU SEDANG MEMBACA
ARGAN
Teen FictionArgan alfajar seorang pemuda tampan dijodohkan dengan seorang gadis bernama Nasya Aisyah Evalina gadis berhijab yang cantik,sopan, santun, solehah, dan penurut berbanding terbalik dengan Argan sang suami yang bersifat kasar, arogan, urak urakan, ker...