79.

78.8K 7.8K 3.7K
                                    

Dengan hati hati Argan menuntun tubuh sang istri, memegang bahu Nasya hingga memasuki rumah. "Awas pelan pelan licin." Ucap Argan.

Saat mereka berdua tengah mengantri membeli sate didepan komplek tiba tiba saja hujan mengguyur mereka. Walaupun hujannya tidak terlalu deras tapi itu sangat mengganggu bagi Argan, karna ia tengah membawa Nasya yang jelas jelas tengah hamil.

Nasya memasuki rumah minimalis yang sudah tidak pernah ia kunjungi ini. Letak barang-barang serta tatanan meja yang tidak berubah membuat perhatiannya teralih. Hanya lantai dan barang barang yang sedikit berdebu yang membedakan keadaan rumah ini saat ia tinggal.

"Buka dulu jaketnya basah itu." Dengan sigap Argan membukakan jaket miliknya yang bertengger ditubuh Nasya. Nasya hanya terdiam tak bergeming ia sibuk menatap sekeliling rumah yang cukup ia rindukan. Argan melepaskan jaket tersebut dengan telaten.

"Maaf ya mobil aku belum selesai dibenerin." Bohong Argan. Melihat keadaan Nasya yang basah kuyup membuat Argan merasa bersalah. Seharusnya ia tidak membiarkan Nasya seperti ini, seharusnya ia memberikan seluruh fasilitas terbaik kepada wanitanya ini. Telat Argan untuk membeli mobil semakin besar saat melihat keadaan samg pujaan hati. Memang seharusnya ia membeli mobil untuk Nasya agar wanitanya ini tidak kepanasan tau tidak kehujanan saat bersamanya.

"Gapapa aku seneng naik motor." Jawab Nasya sambil meperbaiki hijabnya.
"Besok aku janji kalo kamu jalan sama aku lagi kamu gak akan kehujanan tau kepanasan sekalipun. Aku pastiin mobil aku udah keluar dari bengkel." Argan membantu Nasya memperbaiki hijabnya.

"Rumahnya gak ada yang berubah semenjak aku tinggal." Ucap Nasya sambil menatap rumah ini.

"Iyaa aku gak mau ngubah letak letaknya supaya kenangan sama kamunya masih ada." Jawab Argan dengan senyum yang dapat meluluh lantahkan hati sapa saja tak termasuk Nasya. Dari perkataan itu tersirat kesedihan yang sangat mendalam dilubuk hatinya.

Suasana menjadi hening saat Argan berkata demikian Nasya hanya bisa terdiam tanpa menjawab perkataan Argan. "Udah. Kamu mandi sana nanti sakit." Argan menekan punggu sang istri menyuruh agar Nasya cepat mandi karna ia takut nanti malah Nasya dan sang jabang bayi sakit.

"Aku siapin makanannya dulu untuk kamu, kamu mandi duluan gih diatas." Nasya yang mendengar penuturan Argan merasa tak enak. Apa apaan masa Argan yang menyiapkan makanan untuknya bukankah Nasya masih menjadi istri sahnya dan sudah semustinya Nasya yang seharusnya menyiapkan itu semua.

"Kok jadi kamu yang siapin."
"Gapapa kamu mandi aja dulu nanti kamu sama baby-nya sakit." Jawab Argan dengan senyum manis sambil mengusap perut Nasya yang sudah mulai membelendung.

"Terus kalo aku sakit emang kamu enggak? Kitakan juga sama sama kehujanan."
"Ya udah terus maunya apa, hm?"

"Kamu gak usah siapin makananya nanti aja habis bersih bersih." Jawab Nasya yang akhirnya disetujui oleh Argan. "Ya udah kalo kamu gak mau aku siapin. Sekarang cepet keatas mandi nanti sakit." Bukanya bergegas pergi kekamar atas Nasya malah terdiam bergeming.

Argan menatap Nasya heran. "Kenapa gak naik? Ayo buruan nanti sakit." Nasya menatap Argan lekat. "Kenapa mau mandi bareng?" Lanjut Argan yang langsung dapat gelengan kecil dari Nasya.

"Hmm emang aku gapapa naik keatas?" Nasya menggaruk tengkuknya. Entah mengapa ia merasa tidak enak saat harus naik kekamar atas. Walau status mereka masih suami istri tapi Nasya rasa suangkan

ARGANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang