Merasa lehernya di cengkram (Y/n) berusaha untuk tetap bernafas. Sial bagaimana bisa pria ini mencekik dua orang sekaligus? Di sisi lain jembatan samar-samar (Y/n) melihat ekspreksi marah Hanna dan kekhawatiran dari Gilyoung.
Mungkin mereka berekspreksi seperti itu karena mereka tidak bisa melihat apa yang terjadi akibat adanya penghalang yang juga berfungsi sebagai pengaman. Jadi, meski (Y/n) bisa melihat yang terjadi sana, yang di sana tidak bisa melihat yang terjadi di sini.
"Nama."
"Min (Y/n)." Mendengar jawaban cepat dari (Y/n), pria paras tampan itu langsung melepaskan cengkramannya dari sang gadis. Hal ini membuat (Y/n) berlutut di jalan sebari mengumpulkan nafasnya.
"Apa?"
"Siapa namamu?"
"Kim Dokja."
"Nama yang aneh."
Jika saja mungkin mereka berada dikeadaan yang berbeda, (Y/n) pasti sudah tertawa kencang karena mengganggap itu lucu.
"Aku sering denger respon begitu."
Disatu sisi (Y/n) merasa senang karena bukan dia yang di hajar, tapi ia juga merasa bersalah kepada Dokja. Apa lagi pria itu harus menerima pukulan yang menyakitkan dari Joonghyuk.
"...Ugh."
Rasanya pasti menyakitkan. Walau memang kulit Dokja tebal, itu tidak membuatnya kebal akan rasa sakit.
"Badanmu kuat. Apa kau sudah bisa memakai koin?"
"Aku juga mau menanyakan hal yang sama padamu..."
Melirik kearah (Y/n), joonghyuk menendang tubuh kecil wanita itu. Untungnya (Y/n) refleks mengeluarkan sedikit pertahanan sihir membuat rasa sakitnya sedikit berkurang. "Refleksmu bagus. Kau juga pasti juga mengerti cara menggunakan koin."
Orang ini level strenght-nya sudah sampai sekitar 15. Padahal sekarang baru berjalan satu skenario utama dan satu skenario tambahan. Orang yang berbakat jadi monster sejak lahir memang beda levelnya ya.
"Hentikan ocehan kalian. Mulai sekarang cukup jawab pertanyaanku. Paham?"
Cih padahal (Y/n) tidak mengatakan apapun. Kenapa dia jadi dilibatkan, dasar mola-mola. Awas aja nanti kalau bucin ke Dokja. Memang pertemuan awal sangatlah tidak mengenakkan, andai tadi (Y/n) digendong Hanna. Mungkin kini dia sudah berada di seberang.
"Jawaban kalian?"
"okeh."
"...Ya."
"Jawab yang sopan."
"Kalau aku tidak mau?"
Ini terlalu melelahkan, apa harus (Y/n) membantu Dokja di pertarungannya bersama sunfish ini? sepertinya tidak. Merasa tidak ada yang dapat dia lakukan, (Y/n)pun merebahkan tubuhnya di jalanan dengan telentang. Bisa-bisanya dia bersantai, tapi untuk sementara bolehlah.
"Maaf saja ya, tapi justru kamu yang jauh lebih muda dariku, pro gamer Yoo Jonghyuk. Jadi, harusnya kamu yang bicara sopan padaku."
"...Kamu mengenalku?"
"Iya, aku tahu. Aku kan pegawai di perusahaan game."
Memang benar Dokja bekerja di sebuah perusahaan game. Tapi jelas apa yang dia katakan itu bohong, ya kali mengingat atau lebih tepatnya menghafal semua pro gamer yang menjadi pemain di perusahaan game.
"Kamu itu terkenal. Aku dulunya fans-mu lo."
Memang benar Yoo joonghyuk dulunya adalah seorang pro gamer. Dan soal nge-fans pun itu bukanlah sebuah kebohongan. Jujur (Y/n) sendiri cukup nge-fans kepada joonghyuk. Cowok mana lagi coba yang tidurnya bisa berdiri dengan mata terbuka dan tatapan seram?
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐽𝑒𝑤𝑒𝑙𝑒𝑑 𝑒𝑦𝑒𝑠
FanfictionMenjadi seorang pembaca ORV, (Y/n) tidak dapat menerima apa yang menjadi akhir dari novel tersebut. Setidaknya karena itu dia membuat seorang karakter yang bernama Min Hanna. Menjalani hidupnya seperti biasa, tanpa (Y/n) sadari ia telah memasuki ker...