Batas kepura-puraan (3)

4K 787 78
                                    

"Anak-anak makanan siap!" seru (Y/n) berbisik agar dapat didengar hanya oleh orang didekatnya saja. Ucapan (Y/n) berhasil menarik perhatian ketiga anak yang tadinya bermain mejikuhibiniu bersama Hanna.

Gilyoung berjalan mendekati (Y/n) sebari memegang Daeseong yang menggenggam tangan Chaeyeong. Entah sudah beberapa kali (Y/n) memegang area jantung saat melihat keimutan mereka. 

"Baiklah, makan ini pelan-pelan." Perintah dari (Y/n) langsung dituruti oleh ketiga anak itu. Sungguh pemandangan yang menyegarkan mata didunia hancur ini, merasa dirinya ditatap (Y/n) mengalihkan pandangannya kearah Dokja, Sangah, dan Hyunsung.

Sepertinya bukan anak-anaknya saja yang kelaparan. "Nih, silahkan. Untung aku memasak lebih," ucap (Y/n) sebari memberikan mereka masing-masing sebuah kotak bekal yang didapatnya di toko terbengkalai.

Bagaimana (Y/n) bisa memasak dikeadaan seperti itu? mudah jawabannya adalah dia secara kebetulan menemukan sebuah panci listrik. Iya, panci yang hanya dapat digunakan jika dialiri listrik.

Untungnya (Y/n) memiliki skill 'Lighting manipulation' yang dimanfaatkannya untuk memasak. Panci listrik itu memiliki ukuran sedang, dan dapat dimasukkan kedalam tas. Praktis bukan, bentar kok jadi endorse, oke lanjut.

Sebelum memakan masakan (Y/n), Sangah mengucapkan terima kasih. "Hanna kenapa tidak makan?" tanya Hyunsung tiba-tiba sesaat matanya melihat Hanna yang menyuapi Chaeyeong. 

Menggaruk pipinya canggung Hanna hanya menggeleng. Jujur saja sebelum dia bermain dengan anak-anak, Hanna sudah disuruh (Y/n) untuk menyicipi masakannya berkali-kali hingga gadis itu kenyang.

"Tidak apa, aku sudah makan duluan tadi kok." Hyunsung mengangguk mengerti. Chaeyeong merasa noonanya berhenti menyuapinya langsung mengambil alih mangkok plastik yang berada di tangan Hanna. Memutuskan untuk menyuapi dirinya sendiri.

Yang selesai makan pertama adalah Dokja, dan dia memutuskan untuk berkeliling di stasiun untuk lebih mengenali situasi disana. Hyunsung menyusul Dokja setelah selesai dengan makanannya.

Pria itu tidak ragu meninggalkan (Y/n), Sangah, Hanna, dan anak kembar. Karena Hyunsung tau Hanna dapat melindungi mereka. "(Y/n)-ssi, sebenarnya aku penasaran. Dan ingin bertanya sesatu sejak awal."

Yoo Sangah membuka suara setelah kepergian Dokja dan Hyunsung. Menatap orang yang sudah dia anggap rekan (Y/n) berkata, "Tanyakan saja. Memangnya ada apa?"

Merasa suasana ini harusnya dibicarakan empat mata, Hanna segera membawa ketiga anak disana untuk tidur. Tentunya hal itu dilakuakn olehnya setelah Gilyoung, Chaeyeong, dan Daeseong menyelesaikan makanan mereka. 

"Kenapa kau mau menolong kami? Padahal kau bisa saja pergi dan tidak kembali kesini," ucap Sangah. Setelah semua yang dialaminya saat ini Yoo Sangah tidak percaya masih ada manusia sebaik (Y/n).

Mungkin ada manusia yang masih baik, tapi mereka pasti memiliki tujuan tertentu. Tapi tidak dengan wanita bersurai (H/c) diahadapannya. Sangah tidak sama sekali merasakan adanya niat terselubung dari (Y/n).

Menggembungkan kedua pipinya sembari menutup mata. (Y/n) kini juga mulai berfikir kenapa dia melakukan ini. Saat kedua manik (E/c) sang wanita terbuka. Yoo Sangah sudah menunggu jawaban dari (Y/n).

"Aku... tidak tau." Perkataan dari (Y/n) jelas membuat Sangah kaget. "Bagaimana (Y/n)-ssi bisa tidak tau?" tanya Sangah balik, kini wanita bersurai coklat muda itu jadi ikutan bingung dibuat (Y/n).

(Y/n) sendiri menaikkan kedua pundaknya sebelum berkata, "aku memang tidak tau. Padahal aku bisa saja bertahan hidup berdua dengan Hannakan? Bahan makananku juga akan banyak jika tidak berbagi bersama kalian. Tapi... bukankah itu sedikit menyakitkan? harus melewati semuanya sendirian begitu?"

𝐽𝑒𝑤𝑒𝑙𝑒𝑑 𝑒𝑦𝑒𝑠Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang