Tuan tanah (2)

3.5K 711 165
                                    

Kalau mau, (Y/n) bisa langsung memberikan koin yang diminta. Tapi gadis itu tidak akan menyia-nyiakan koin kepadaseseorang yang menurutnya tidak penting. 

Sang Master Benteng Bersenjata dari Chungmuro, Gong Pildu. Adalah salah satu karakter yang awalnya (Y/n) tidak suka. Tapi hanya awalnya.

[Zona Hijau 56/70]

Benar-benar, ukuran kamarnya saja jauh berbeda. Ukuran pastinya tidak bisa dihitung, tapi yang jelas, seluruh zona hijau di sini pasti area milik Gong Pildu.

Dokja mengamankan Gilyoung dibelakangnya, sementara (Y/n) melangkah mendekati Dokja menutupi Gilyoung dari pandangan Pildu. "Kenapa kami haru bayar koin ke kamu? Stasiun Chungmuro kan tempat umum," ucap Dokja menatap pria dihadapannya.

"Hahahaha, itu 8 hari yang lalu, sekarang sudah tidak lagi."

Bagi orang biasa, 500 koin adalah jumlah yang tidak sedikit. Tapi buat (Y/n), dia dapat memberikan 500 koin itu seperti bernafas. "Oke, akan kubayar. Tapi aku harus ngasih langsung ke orangnya."

"Apa?" Tanya pria yang menjawab ucapan Dokja tadi.

"Kamu bukan Gong Pildu." Gong Pildu mungkin seorang penjahat, tapi yang ada di hadapan mereka saat ini hanya salah satu anggota Aliansi Tuan Tanah. Di mana kamu Gong Pildu? (Y/n) pun segera melihat ke sekelilingku.

"Hahahaha, kamu lucu sekali. Main-main begini denganku... atau kau boleh menukarkan gadis itu dengan 500 koin."

"Tidak. Gong Pildu-ssi, di mana kau? Ambil dendanya nih." Dokja sedikit kesal dengan kalimat akhir yang diucapkan pria itu diapun tidak menghiraukan mereka dan hanya terus melangkah.

[inkarnasi 'Kim Dokja' telah menyusup ke properti pribadi!]

Turet-turetnya kini mengarah kepada pria itu, tapi dia tetap terus saja berjalan. Memang sih tidak ada jaminan kalau dia bisa selamat dari tembakan turet itu. Tapi selama ada (Y/n), Dokja yakin dia akan selamat.

Di sini Dokja perlu menunjukkan kekuatannya, supaya Gong Pildu tidak meremehkan mereka. "Cukup sampai situ. Akan kutembak kau kalau mendekat lagi." Akhirnya, Gong Pildu pun muncul.

Di atas sebuah bangku yang dipenuhi banyak barang, seorang pria paruh baya yang sedang duduk sambil membaca majalah menatap ke arah Dokja dan (Y/n).

"Aku belum pernah melihat wajahmu sebelumnya, tapi kalian cukup mengagumkan juga, ya."

"Bukankah tidak adil kalau aku harus bayar cuma untuk bertemu denganmu?" 

"Bicaramu cukup jago, tapi kalau terlalu sok jago malah jadi tidak bagus."

Kachak!

Suara peluru magis yang dimasukkan ke dalam turet-pun terdengar. Dasar bajingan. Gong Pildu tersenyum ramah seperti bapak-bapak biasa. Tapi Dokja tahu, Gong Pildu tak mungkin bisa menjadi bapak-bapak biasa.

(Y/n) menatapi Dokja dengan sedikit khawatir. Tapi dia tau Pria itu akan selamat. "Gilyoung segera cari Hanna, dan kedua adikmu  ya," ucap (Y/n) membuat anak itu mengangguk dan berjalan pergi. (Y/n) langsung berjalan mendekati Dokja. 

Tidak apa kan mengambil sedikit perhatian? lagi pula tujuan awal (Y/n) adalah memang agar Dokja tidak menemui ending yang sama seperti di novelnya. "Ohho...? gadis manis ini bersamamu?"

Dokja kaget dengan kedatangan (Y/n). Seharusnya wanita ini tidak perlu sampai ikutan maju juga. "Ngomong-ngomong, apa tujuanmu datang ke sini? Aku yakin kamu tidak berniat untuk membayar dendanya," tanya Pildu langsung keintinya.

Ucapan itu membuat (Y/n) tersenyum. Memang ternyata Pildu adalah orang yang jeli. (Y/n) juga tidak berniat memberikan koinnya begitu saja. Lagi pula yang terjadi tadi bukanlah salah Gilyoung karena anak itu didorong.

𝐽𝑒𝑤𝑒𝑙𝑒𝑑 𝑒𝑦𝑒𝑠Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang