Perang Tahta (7)

3.3K 558 139
                                    

(Y/n) sudah tidak heran lagi, yah setidaknya kali ini dia dapat memainkah hpnya sebentar tidak masalahkan? 

Jemari lentiknya mengscroll layar smartphone-nya. (Y/n) penasaran apa dia masih bisa menghubungi seseorang yang ada pada dunianya dulu? walau pun tau semua sudah musnah. Tapi tidak ada salahnya mencoba.

Maniknya membola setelah melihat sebuah file buku familiar ada tersimpan di emailnya. 'Omniscient reader's viewpoint' (Y/n) segera mengklik file itu mencoba membukanya. 

Setidaknya dengan adanya buku ini maka akan membantu perjalanan (Y/n) kedepannya. Layar smartphonya menunjukan layar loading, setelah loading selesai (y/n) yang tadinya senang malah jadi membatu.

'Kenapa cuma ada 49 halaman?' batin (Y/n) bingung. Wanita itu mencoba membuka salah satu halaman, tapi malah tulisan 'erroe' yang dia dapat sebagai gantinya. 

(Y/n) terdiam, entah kenapa rasanya ada yang aneh. Selama ini dia selalu menutup mata dengan apa atau siapa sebenarnya '(Y/n)' itu, ingatan saat berada di penjara bayangan, lalu suara aneh yang ia temui diperbatasan antar dimensi.

Jika bertanya pada Hanna, Hanna pasti tau ingatan masalalu (Y/n). Tapi resikonya sangat besar. Lagi pula mengetahui kondisi Hanna, (Y/n) tidak akan mengambil resiko itu.

Apa tunggu saja? cepat atau lambat kebenaran pasti akan terungkap juga. 

Melihat (Y/n) yang sedari tadi tampak gelisah, Heewon memutuskan untuk menyadarkan sahabatnya. "Seolhwa-ssi ada apa?" tanya Heewon sembari menepuk pundak (Y/n) dengan pelan.

Terkejut dengan pertanyaan tiba-tiba dari Heewon. (Y/n) menggelengkan kepala. "Aku hanya khawatir..." gumam wanita itu menggantungkan kalimatnya. 

Heewon mengangguk mengerti. "Kenapa kau tidak ketempat Jonghyuk-ssi saja?" tanya Heewon menaikan mood (Y/n). Kalau dipikir-pikir ucapan Heewon ada benarnya juga.

Lagian (Y/n) juga mau melihat salah satu adegan favoritnya. "Kalau begitu aku pergi dulu ya," ucap (Y/n) langsung melangkahkan kaki menjauh. "H-hey apa kau perlu di temani?" tanya Heewon ragu dengan arah kemana (Y/n) pergi.

"Tenang saja, aku sudah tau kok!" seru wanita itu kembali pada Heewon. Walau suaranya dipenuhi rasa ceria, orang disekitar mereka yang melihat itu malah menganggap (Y/n) seakan-akan bilang bahwa Heewon tidak berguna secara tidak langsung.

Untungnya langkah kaki (Y/n) benar arahnya. Dia melihat Dokja dan Sungkook yang baru saja akan masuk kedalam sebuah tenda. "Permisi, saya harap saya tidak terlambat," Ucap (Y/n) sontak membuat Sungkook panik.

"Seolhwa-nim, tenru saja tidak. Silahkan sebelah sini," ucap pria itu sambil mengarahkan (Y/n) untuk mengikutinya. "Kenapa kau disini...?" bisik Dokja pada (Y/n) yang kini berjalan disampingnya. 

"Kenapa tidak? aku bosan," balas (Y/n) dengan berbisik balik. Dokja sungguh tidak habis pikir dengan wanita satu ini. Tapi baguslah, kedatangan (Y/n) membuat rasa tegang pada tubuh Dokja setidaknya menurun.

"Delegasi Han Donghoon?" Sungkook pun memanggil, dan si anak itu pun mengangkat kepalanya.

"Ada tamu yang datang. Sapalah dia." Mata si anak, Han Donghoon, yang bengkak kini tertuju pada Dokja dan (Y/n).

"H, Ha, H, Hal...lo." Kondisi Donghoon membuat (Y/n) mengertak dalam hatinya. Dia sangat tidak tega melihat seseorang yang dia anggap sebagai anak kecil di perlakukan seperti ini. Apa lagi jika diingat Donghoon masih seumuran dengan Jihye membuat amrah dalah tubuh (Y/n) semakin bertambah.

Dilihat dari matanya, anak ini sudah tidak tidur dalam waktu yang lama. Dia pasti dipaksa untuk tetap terjaga. Merasakan rasa risih dari tubuh (Y/n) membuat Dokja refleks menggenggam telapak tangan wanita itu lalu mengelusnya pelan.

𝐽𝑒𝑤𝑒𝑙𝑒𝑑 𝑒𝑦𝑒𝑠Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang