Setelah cukup malam, (Y/n) menemani Kyrgios duduk diatas atap. Keduanya tidak ada yang berbicara satu sama lain. "...Mohon maafkan murid yang tidak berpengalaman ini," ucap (Y/n) memecah keheningan.
Suara hembusan nafas kasar langsung terdengar. Kyrgios hanya melambai-lambaikan tangannya maju-mundur. "Sudah ku bilang jika kau memang muridku, jangan pernah tundukan kepalamu. Lagipula, dari mana kau belajar lantunan musik tadi?"
(Y/n) tau gurunya mengubah topik agar keadaan disekitar mereka tidak begitu canggung. "Aku hanya menonton film saja, lalu aku menyukai lagunya." Jelas (Y/n), ucapan yang dia ucapkan adalah benar.
Jujur, (Y/n) sendiri tidak tau bagaimana dia bisa memainkan seruling itu. Seperti ada seseornag yang menuntun jari-jarinya untuk memainkan nada dari pikiran (Y/n).
[kamu telah mengetahui planet Peace Land.]
[Semua makhluk milik Peace Land samar-samar menyadari pandanganmu.]
[Rasi bintang kecil planet itu bersukacita di hadapan kamu.]
[Makhluk Tanah Damai sudah mulai menulis legenda tentang kamu.]
"Kau masih lemah, jadi masih perlu banyak belajar." Ucap Kyrgios membuat (Y/n) mengangguk-angguk. Sebenarnya wnaita itu tidak tau apa yang disebut 'kuat' dan 'lemah'. Tapi untuk kali ini dia akan mengangguk saja agar gurunya senang.
"Pergilah, ada yang mencarimu." Ucap pria itu menatap kearah bawah. Mengikuti pandang Kyrgios, (Y/n) mendapati sosok Dokja yang sedang mencarinya.
Wanita itu memberikan hormat terakhir sebelum akhirnya melompat turun dengan bantuan elemantal anginnya. "Kim Dokja ada apa?" Tanya (Y/n) muncul dari atas. Jubahnya berbibar di tiup oleh angin.
"Aku ingin membicarakn sesuatu bersamamu," ujar Dokja sedikit tegas. (Y/n) mengikuti langkah kaki Dokja, pria itu menuntuk mereka kesuatu area yang cukup sepi.
Setelah memastikan tidak adanya orang, pria itu baru membuka mulutnya. "Min (Y/n), seberapa banyak kau tau tentang WoS?" Tanya Dokja menatap kedua manik (E/c) gadis dihadapannya.
(Y/n) agak terkejut sebelum sneyuman menghiasi wajahnya. Seharusnya dia tidak boleh merasa terkejut, karena memang suatu hari ini pasti akan terjadi. Tapi hari itu tidak harus menjadi sekarang.
"Siapa bilang aku tau tentang WoS?" tanya (Y/n) masih dengan senyuman menghiasi wajahnya. Benar, (Y/n) tidak pernah bilang yang dia tau adalah 'WoS'. Dia hanya bilang dia tau lebih banyak dari pada Dokja.
"Beritau aku apa yang kau tau," ucap Dokja membuat (Y/n) menaikkan alisnya. "Dan... apa untungnya buatku?" tanya (Y/n), sesaat wanita itu berkedip manik besarnya kini kehilangan semua cahaya. Senyuman yang tadi setia menghiasi wajahnya menghilang tak tersisa.
Ini pertama kali Dokja melihat ekspreksi itu dari (Y/n). "Apa yang kau mau? Aku bisa mengabulkannya asal itu bukan mengorbankan nyawa." Ucap Dokja masih tidak gentar.
"Oi, oi, apa yang kau lakukan?" Tanya DoM melihat sifat (Y/n) yang berubah. "Pecayalah padaku," jawab (Y/n) membuat DoM diam.
Keheningan yang menegangkan membuat Dokja sedikit gugp. "Bagaimana... kalau aku bilang aku ingin sedikit darahmu?" Tanya (Y/n). Selama dia memiliki darah Dokja dalam tubuhnya, dia dapat berteleportasi kemanapun Dokja pergi.
Setidaknya dengan melakukan ini dia bisa pergi ke putaran 1863 nantinya. "Tidak bisa, darah berhubungan dengan nyawa." Jawaban Dokja seketika membuat (Y/n) menghembuskan nafas. "Bagaimana kalau berikan aku infornasi yang kau tau?" Tanya (Y/n) sekali lagi.
"Aku menolak, aku juga memiliki privasi."
"...Berikan aku sebuah relikui bintang tingkat ss?"
"Kau tau itu mustahil."
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐽𝑒𝑤𝑒𝑙𝑒𝑑 𝑒𝑦𝑒𝑠
FanfictionMenjadi seorang pembaca ORV, (Y/n) tidak dapat menerima apa yang menjadi akhir dari novel tersebut. Setidaknya karena itu dia membuat seorang karakter yang bernama Min Hanna. Menjalani hidupnya seperti biasa, tanpa (Y/n) sadari ia telah memasuki ker...