Mereka dibimbing oleh hakim menuju pintu keluar Dunia Bawah. Lokasi persisnya tidak diketahui karena mereka mengenakan penutup mata khusus. Tangan Dokja mengenggam telapak tangan (Y/n) berjaga-jaga agar wanita itu tidak menghilang.
Mereka seperti bejalan naik dan turun. Setelah berjalan jauh, hakim melepaskan penutup mata kedua inkarnasi itu.
[Ikuti saja jalanan ini.]
(Y/n) membuka mata dan melihat jalan yang gelap dan sempit. Mungkin ini jalan keluar yang tidak perlu melalui Charon, si tukang perahu. (Y/n) curiga ini jalan keluar yang dilalui oleh Orpheus untuk membawa Eurydice pergi.
[Kalian harus melihat ke 'depan'.]
"Apa artinya?"
Baru saja Dokja akan melirik sekeliling tetapi hakim itu sudah menghilang. "Ja, jalan aja 'kedepan' jangan melihat kebelakang oke?" Ucap (Y/n) mengeratkan pegangan tangan mereka.
Mereka tidak punya pilihan selain mulai berjalan di jalanan sempit tersebut dengan posisi Dokja didepan dan (Y/n) dibelakang. Cahaya memudar dan kegelapan menyelimuti mereka. Awalnya Dokja ingin menggunakan dinding sebagai acuan mereka untuk berjalan 'kedepan'. Tetapi dinding-dinding disekitar mereka segera menghilang.
Tempat yang aku andalkan menghilang dan mereka merasa seperti sebuah kapal mengambang di laut tanpa pelampung. Mitos Orpheus tiba-tiba muncul di kepala Dokja.
Apa yang akan terjadi jika dia melihat ke belakang? Merasa keraguan dari Dokja, (Y/n) mendekatkan tubuhnya kepria tersebut. Kini wanita itu berjalan disamping Dokja dengan tangan sang pria melingkar pada pinggangnya. Kemudian cahaya redup muncul dalam kegelapan.
[kamu takut dengan apa yang ada di belakang kamu. Itu sebabnya kamu adalah anak yang menyedihkan.]
Itu adalah pesan dari Persephone.
[Ingatlah ini. Untuk menemukan 'depan', kamu harus tahu di mana 'belakang' itu. Itu karena depan hanya bisa ada ketika ada belakang.]
Omong-omong, hakim mengatakan sesuatu yang serupa. Namun, hanya karena Dokja mendengar kata-kata yang masuk akal tidak berarti dia tiba-tiba mendapatkan pencerahan dan dapat membuat perubahan besar.
[Sepertinya kamu perlu motivasi...]
Aliran cahaya di udara membentang seperti mereka merasa ragu-ragu.
[Oke. Aku tidak bisa membawa kalian ke permulaan labirin dunia tapi ini harusnya bisa dilakukan.]
Tiba-tiba mereka merasakan sesuatu. Tali cahaya menghilang dan kunang-kunang kecil muncul di hadapan mereka. Itu adalah cahaya yang jauh. Itu adalah cahaya yang sangat rapuh dan berkilauan.
Melihat sosok kecil itu (Y/n) tersenyum penuh kehangatan, tangannya melampai menyapa sosok kunang-kunang itu. Tidak ada yang memberitau (Y/n) jiwa siapa itu. Tetapi wanita itu sudah jelas tau siapa jiwa-jiwa tersebut.
[Kalian...]
[Mama...? beneran mama?]
[Ini tidak mungkin... kan?]
Itu adalah Shin Yoosung dari regresi ke-41.
[Ah, ahh ...]
[Hiks... mama beneran datang..]
[Kau... bagaimana bisa...?]
Dari mendengar suaranya saja membuat (Y/n) merasa pilu pada hatinya. Jika mereka sudah berada di awal labirin dunia maka konsep waktu akan berbeda. Itu tidak lama menurut waktu Dokja dan (Y/n), tetapi mungkin sudah beberapa tahun bagi ketiga jiwa disana.
Cahaya-cahaya kecil itu bergetar beberapa kali sebelum berbicara dengan suara ragu-ragu.
[Ahjussi... mama...]
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐽𝑒𝑤𝑒𝑙𝑒𝑑 𝑒𝑦𝑒𝑠
FanfictionMenjadi seorang pembaca ORV, (Y/n) tidak dapat menerima apa yang menjadi akhir dari novel tersebut. Setidaknya karena itu dia membuat seorang karakter yang bernama Min Hanna. Menjalani hidupnya seperti biasa, tanpa (Y/n) sadari ia telah memasuki ker...