Tidak dapat dibaca (4)

1.5K 314 44
                                    

Pertempuran telah selesai, Tapi kini (Y/n) ditarik kembali kedalam domain penuh dengan warna putih. "Kali ini ada apa?" Tanya (Y/n) menatap keatas seolah-olah dia akrab dengan tempat itu. 

Beberapa detik (Y/n) menunggu tapi pertanyaannya tidak dijawab. "Halo!?" seru (Y/n) memastikan keberadaan orang disana. 

"Cih, pelankan suaramu."

Suara familiar membuat (Y/n) membalikan tubuhnya. Disana dia melihat sosok wanita dengan wajah yang mirip dengannya. Pada wajah wanita itu terlihat beberapa goresan di pipi dan dagunya.

Penampilannya juga bisa dibilang dewasa. Saat (Y/n) membantu 'dirinya' menjentikan jari membuat wilayah putih itu kini terlihat seperti sebuah ruang tamu. "Aku salut kau bisa tetap waras setelah beberapa kali berada disini."

Wanita itu mengambil posisi duduk disebuah sofa. (Y/n) yang tadinya terdiam secara perlahan mulai berjalan dan melirik kesana kemari. Dia melihat sebuah foto yang sangat tidak asing. "...Tempat apa ini?" tanya (Y/n) ragu-ragu.

Keheningan kembali, sebelum akhirnya pertanyaan itu dijawab. "Rumahku, atau lebih tepatnya duplikat rumahku dan Jonghyuk." Jawaban itu membuat (Y/n) mengerti. Foto yang ada di tangan (Y/n) adalah foto pernikahan tiga orang.

Dalam foto besar itu terlihat semua anggota party Dokja dan kedua orang tua angkat Dokja. Benar, hanya party Dokja dan tidak ada partyan (Y/n). "...Itu yang akhir yang juga aku harapkan." 

Klak!

Dalam satu jentikan jari lagi. Foto di tangan (Y/n) berubah menjadi foto sebuah keluarga yang terdiri dari Jonghyuk 'dirinya' dan seorang anak. Anak itu wajahnya sangat tampan seperti Jonghyuk tapi dia memiliki senyuman layaknya Dokja dengan rambuh berwarna (H/c) dan mata obsidian.

"Anak kami imut kan?" Tentunya 'dirinya' tidak mengharapkan jawaban untuk pertanyaan tersebut. "Anakmu dengan siapa?" Tanya (Y/n). Sesaat kemudian wanita itu dapat mendengar kekehan dari 'dirinya'.

"Aku tidak tau, kami melakukan 'itu' bertiga." Dahi (Y/n) langsung berkerut dengan mata yang membola. "Jangan bercanda!" seru (Y/n) terkejut. 

'Dirinya' mengibas-ngibaskan tangannya dengan senyuman pada wajah cantiknya. "Aku tidak bercanda loh, tapi... Dokja tidak mendapatkan kesempatan untuk melihat anak kami," ujar 'dirinya'.

Seketika suasana berubah. Kini ruangan berubah lagi dan menjadi adegan yang pernah (Y/n) lihat. Adegan saat 'dirinya' memulai perjalanan untuk mengubah takdir. "Aku berusaha... saat dia ingin bunuh diri aku ada disana, saat dia dibully aku juga disana! aku memilih sekolah yang sama dengannya demi dia! aku mengulang hidupku berkali-kali demi dia!"

Seruannya penuh dengan emosi, air mata tampak membasahi pipi 'dirinya'. "...Sampai tubuh inkarnasiku tidak kuat lagi dan aku tidak bisa turun tangan. Tapi kenapa? berkali-kali aku lakukan semuanya tidak berubah."

(Y/n) menghembuskan nafasnya. Dia berjalan mendekati 'tubuh' 'dirinya' yang terduduk di sebuah sofa. "Kau bilang kau disana kan? lalu kenapa kau tidak membantunya?" Tanya (Y/n). Manik (E/c) 'dirinya' membola mendengar ucapan (Y/n).

Wanita itu langsung menggenggam erat kerah baju (Y/n) yang lebih pendek darinya. (Y/n) tentu menggengga, pergelangan tangan 'dirinya' dengan sama eratnya. "Kau pikir aku tidak berusaha-!?"

"Kau dan Jonghyuk sama saja!" Seru (Y/n) memotong ucapan 'dirinya'. Meski 'dirinya' kuat, (Y/n) harus menyadarkannya dari delusi yang ada dalam pikiran wanita itu. "Mengulang waktu demi Dokja? tapi tidak ada bedanya? omong kosong! kau tidak bisa menerima kepergian Dokja? Aku juga!" Teriak (Y/n).

Wajah (Y/n) tertunduk dengan aura suram. "Meski begitu, kau tidak dibenarkan untuk menghancurkan ribuah kehidupan dan dunia." Ucap (Y/n) dengan tegas. Wanita itu menyundulkan dahinya dengan dahi 'dirinya' sekuat tenaga membuat 'dirinya' mengambil langkah mundur.

𝐽𝑒𝑤𝑒𝑙𝑒𝑑 𝑒𝑦𝑒𝑠Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang