Pangeran Lycaon dari Imyuntar menyapa kedua manusia disana dengan hormat sebelum berbalik menghadapi Antinus. Tapi Dokja masih belum merasa aman karena mereka berdua adalah partner seperjuangan.
"Antinus."
"Lycaon..."
"Apa maksud semua ini?" Tanya Lycaon menatap 'Partner' seperjuangannya. Sang ratu parasit hanya tertawa. "Apa kamu lupa dengan misimu? Kenapa kamu bertarung melawan manusia dari dunia ini?" Tanya Lycaon sekali lagi.
"Kikikik, misi? Memangnya ada yang seperti itu ya?"
Wajah Lycaon tampak tegas saat mendengar jawabannya yang bermain-main. "Kita adalah para Pemandu. Kita harus mengarahkan orang-orang di dunia lain tentang bagaimana cara menghadapi bencana yang akan menimpa mereka."
"Kamu benar-benar sudah terpelet oleh para dokkaebi itu. Sadarlah Lycaon!"
"Kamu yang seharusnya sadar, Antinus!" Lycaon terdengar marah. "Apa kamu sudah lupa dengan pengorbanan para pejuang di Chronos? Apa kamu lupa dengan kehancuran kelima bangsa besar kita? Kita di sini untuk menghentikan bencana itu. Bekerjasama dengan spesies di sini untuk melindungi planet mereka dan membangung kembali peradaban Chronos di dunia ini juga! Ingatlah misi suci kita itu!"
Membangun peradaban Chronos. Antinus kini tidak lagi tertawa. "Lycaon, itu semua tidak mungkin. Planet ini akan musnah. Itulah yang sudah ditulis dalam skenarionya."
"Tidak, kali ini semua akan berbeda." Lycaon pun melirikku. "Sang Protektor sudah berhasil menghentikan salah satu bencana sebelum bencana lainnya bangkit. Dia sudah memiliki medali bangsaku sebagai bukti. Jadi masih ada kesempatan untuk mencegah kehancuran dunia ini."
"Kalau bencana itu dilemahkan, kita sendiri juga bisa menghentikannya kapan saja."
"Saat ini Bumi baru menjalani skenario yang ke-5! Belum pernah ada planet lain yang pernah menghentikan pembawa bencana sebelum skenario ke-5 nya dimulai. Coba pertimbangkanlah Antinus! Masih ada harapan untuk planet ini!"
Mata serangga Antinus tampak berkedip perlahan. Raungan keras serangga berkecamuk di dalam tubuhnya. Teriakannya begitu dipenuhi oleh amarah.
"Jangan berlagak kamu! Kamu datang ke sini untuk menghentikan bencana? Kalau kamu memang segitunya ingin menolong manusia ini, kenapa kamu tidak mulai dari saat mereka menentukan target berikutnya sebagai Bumi!"
"Itu..."
Selama pembicaraan itu berlangsung (Y/n) secara pernahan mendaratkan tubuhnya didekat Dokja. Diam-diam Sooyoung mendekati mereka sembari mendengarkan perdebatan kedua spesies itu. "Apa sih yang mereka bicarakan?"
Sooyoung tidak tahu soal detail-detail terkait skenario ini. Lagipula para Pemandu itu juga tidak pernah melakukan percakapan semacam ini selama di masa putaran regresi ketiga dan keempat yang asli. Yang mereka bicarakan ini masih sulit dipahami bagi semua orang.
Antinus kembali berbicara, "Lycaon! Kamu juga sama sepertiku kan. Kita datang ke planet ini untuk balas dendam! Kita lepaskan bencana itu ke tempat asal mereka!"
"Kalau kamu melakukan itu, kamu bakal mati. Probabilitas di Star Stream tidak akan memaafkan Pemandu yang melawannya." Ucapan Lycaon membuat Antinus tertawa, "Lycaon, aku sudah lama mati bersama bangsaku di Chronos."
"...Kamu sudah kalut." Lycaon pun memaerkan taringnya. "Antinus, pembicaraan kita berakhir sampai di sini."
"Kikikik! Oh, Lycaon! Serigala malang dari Imyuntar! Apa kamu sudah lupa dengan sejarah Chronos yang telah hilang? Sang serigala tidak pernah menang melawan para serangga!"
Pertarungan antara pangeran serigala dan ratu parasit pun dimulai.
Grrrawr!
Lycaon mengaum. Aliran udara di sekitar pun mulai berubah. Di titik yang satu udara berhembus begitu cepat, sementara di titik lain udaranya berhembus pelan. Terkadang tidak ada hembusan angin, namun kemudian hembusannya datang dengan kuat.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐽𝑒𝑤𝑒𝑙𝑒𝑑 𝑒𝑦𝑒𝑠
FanfictionMenjadi seorang pembaca ORV, (Y/n) tidak dapat menerima apa yang menjadi akhir dari novel tersebut. Setidaknya karena itu dia membuat seorang karakter yang bernama Min Hanna. Menjalani hidupnya seperti biasa, tanpa (Y/n) sadari ia telah memasuki ker...