Kepalanya terasa sangat pusing saat pertama (Y/n) membuka mata. Wanita itu dapat merasakan 'tubuh' nya seperti sudah pulih.
[Ha... kan sudah ku bilang.]
"Iya, aku tau. Jadi apa tubuh baruku sudah jadi?" Tanya (Y/n) yang terbaring pada 'lantai' tempat putih itu. Setidaknya hanya di tempat ini dia bisa bermalas-malasan... untuk sekarang.
[Kau kira akan semudah itu? aku membutuhkan waktu setidaknya tiga bulan untuk membuat sebuah tubuh yang dapat di tempati.]
"Hah!? tiga bulan!? tapi kau tau apa yang akan terjadi dalam waktu sekitar satu bulanan kan!?" Seru (Y/n) terkejut. Dia dapat mendengar suara hembusan nafas seakan-akan orang itu pasrah akan ke-ngotot-an (Y/n).
[Ya, aku tau. Tapi kau pasti tidak tau berapa harga yang harusku bayar untuk membuat sebuah tubuh kan?]
(Y/n) hanya menaikkan kedua bahunya. "Kalau masalah uang sih aku bisa membantu--"
[Bukan uang... Kau tau apa? baiklah, berikan aku waktu sebulan. Tubuhmu akan siap dipakai dalam waktu sebulan, tapi aku harap kau tidak mati lagi dalam waktu setidaknya seminggu agar tubuhmu dapat kembali di pakai.]
Dengan antusias (Y/n) mengangguk-angguk setuju. "Oh bisakah aku meminta sesuatu?" Tanya (Y/n) malu-malu.
[Apa itu?]
(Y/n) mengetuk-ngetukan kedua jari telunjuknya seakan-akan dia seorang gadis remaja yang malu. "Boleh dong tubuhku di buat agak tinggi... Mungkin 160 gitu."
Kesunyian seketika mengisi tempat tersebut, sebelum akhirnya suara tawa 'dirinya' terdengar. Tawa itu sangat lantang seperti baru saja mendengarkan sebuah lelucon.
[Y-ya ampun hahahaha! haduh gimana ya. Maafkan aku tapi itu tidak bisa dilakukan, jika aku tidak membuat tubuh yang cocok untuk rohmu bisa-bisa mau mengalami kecacatan.]
Penjelasan dirinya dari masa depan membuat (Y/n) langsung cemberut. "Yang benar saja... terus aku seperi yang paling pendek diantara 'kita' gitu?" ujar (Y/n) membuat 'dirinya' terdiam.
Keheningan canggung dapat (Y/n) mengerti. Sial, dia merutuki nasibnya. Apa mungkin saat pembagian tulang dulu dia terlambat datang?
(Y/n) menggelengkan kepalanya, untuk sekarang dia harusnya tidak memikirkan itu. "Apa ada tubuh yang bisa kugunakan dulu untuk kembali?" Bagaimanapun jika bisa, (Y/n) ingin pergi ketempat Dokja.
[Ada sih tapi...]
"Tapi...?" Beo (Y/n) berharap 'dirinya' untuk cepat menjawab ucapan tersebut.
[Aku hanya memiliki tubuh peri. Itu adalah yang termuda kedua, ada sih satu lagi. Tubuh boneka kecil. Tapi takutnya ada apa-apa nanti kau tidak bisa mengeluarkan kekuatanmu.]
(Y/n) mengangguk mengerti. Tubuh peri, bukan tubuh elf. (Y/n) tahu tubuh peri itu adalah seperti thumbelina dan Thinkerbell. Kalau dia pikir-pikir sepertinya seru juga ya.
"Baiklah, aku ingin menggunakan tubuh itu!" seru sang gadis dengan mata berbinar kagum. Bagaimanapun juga dia ingin merasakan rasanya menjadi peri dan menggunakan fairy dust. Apa? saat masih kecil dia sangat menyukai film kartun.
[Baiklah kalau begitu, kau harus menunggu setidaknya besok baru bisa tubuh itu kau gunakan.]
"Oh iya satu lagi!"
[Apa?]
"Terima kasih!"
[Ya terserahlah... ini makan dulu, nanti kita akan kedatangan tamu.]
Seketika dihadapan (Y/n) muncul sepiring makanan kesukaannya yang masih hangat. Tidak lupa ada juga minuman yang disediakan disana.
Karena memang dirinya belum makan, (Y/n) langsung menyantap makanannya dengan lahap. Omong-omong soal pengunjung, apa yang di maksud oleh 'dirinya'?
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐽𝑒𝑤𝑒𝑙𝑒𝑑 𝑒𝑦𝑒𝑠
FanfictionMenjadi seorang pembaca ORV, (Y/n) tidak dapat menerima apa yang menjadi akhir dari novel tersebut. Setidaknya karena itu dia membuat seorang karakter yang bernama Min Hanna. Menjalani hidupnya seperti biasa, tanpa (Y/n) sadari ia telah memasuki ker...