Waktu penghakiman (3)

3.6K 752 119
                                    

"(Y/n) ayo bangun," ujar Heewon menguncang tubuh wanita bersurai (H/c) itu dengan pelan. Merasakan tubuhya di guncang (Y/n) membuka matanya secara perlahan. Gadis iu mengambil posisi duduk dengan mata yang masih tertutup.

Setelah pertarungan semalam entah kenapa (Y/n) dapat tertidur dengan sangat nyenyak. Wanita itu menutup mulut dengan tangannya untuk menguap, iris (E/c)nya berkedip beberapa kal mencoba mengumpulkan kesadarannya.

Melihat kesana-kemari (Y/n) menyadari bahwa hampir semua orang yang tidur didekatnya kini sudah terbangun. Tapi sepertinya ada sesuatu yang gadis itu lupakan, menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

(Y/n) yang masih setengah sadar itu mencoba mengingat apa yang dia lupakan. Hanna dan Heewon meluhat prilaku (Y/n) seperti anak kecil terkekeh ringan. 

Saat ingin menggerakan tubuhnya (Y/n) merasakan rasa pegal yang luar biasa pada bagian kakinya. "Kok kakiku pegal ya...," gumam (Y/n) melihat kearah kakinya. Tawa dari Hanna tidak dapat diatahan lagi. 

Sementara itu Daeseong sedang marah-marah kepada Dokja. Beraninya pria itu tertidur di pangkuan mamanya semalaman. Tapi tentu karena perbedaan tinggi diantara mereka semua serangan Daeseong berhasil Dokja hindari.

"Kemari kau! Dasar tidak tau malu! udah tua juga masih belum nikah!" bentak Daeseong kesal. Dokja heran bagaimana (Y/n) bisa menenangkan anak yang kelakuannya seperti ini. 

"Nanti kalau aku menikah dengan mamamu, kau sibuk." Ucapan Dokja justru membuat Daeseong semakin menggebuh-gebuh. 

Untungnya skill 'healing' milik (Y/n) aktif secara otomatis. Jadi kaki yang tadinya pegal kini sudah kembali seperti semula. 

Setelah nyawanya terkumpul penuh (Y/n) baru sadar situasi di stasiun Gumho sudah sedikit berubah. Setidaknya dia tidak perlu melihat wajah menyebalkan Myungoh  di  stasiun itu. Mau dia masih berada disana atau sudah pergipun (Y/n) tidak peduli lagi.

Jumlah orang yang tersisa karena kejadian kemarin juga dapat dihitung dengan jari. Bukan karena tidak ada yang selamat, bukan. Justru yang selamat lebih banyak daripada yang di cerita aslinya.

Akan tetapi, sebagian besar dari para penyintas itu tampaknya semalam sudah meninggalkan stasiun ini. Mungkin mereka sudah menemukan alasan hidupnya masing-masing. "...Apa mereka bakal baik-baik saja?" Tanya Sangah sembari memperhatikan para penyintas yang tersisa.

(Y/n), Dokja, Sangah, Hyunsung, Hanna, Gilyoung, Chaeyeong, dan Daeseong. selain kedelapan orang itu hanya ada lima orang yang masih ada di stasiun itu. Jung Heewon pun berseru kepada mereka lebih dulu.

"Hei, kalian! Apa kalian mau ikut dengan kami?"

Kalimatnya yang biasa-biasa saja membuat mereka saling berdiskusi. Seorang wanita yang menggandeng tangan anaknya lalu menjawab mewakili mereka.

"...Kami akan pergi sendiri. Kami masih punya beberapa koin, kok."

Jujur aku sangat kagum dengan duo ibu dan anak ini yang berhasil selamat dari pertarungan berdarah kemarin. Kalau dia sekuat itu sih, kurasa mereka sanggup bertahan hidup meski tanpa mengikuti kami.

"Tunggu sebentar aku mohon," ucap (Y/n) yang berjalan mendekati kedua ibu dan anak itu. (Y/n) menyentuh tangan mereka berdua, Wanita bersurai (H/c) itu baru saja mentrasnferkan 10.000 koin kepada masing-masing pasangan ibu dan anak itu.

(Y/n) tersenyum kearah mereka dengan ramah. "Saya juga adalah seorang ibu dari tiga anak, terima kasih kalian sudah berusaha sejauh ini." Ucapan itu sontak membuat sang ibu menangis dan memeluk (Y/n).

(Y/n) memebalas pelukan ibu itu untuk beberapa saat. 

[Konstelasi 'Immortal holy flame' bangga akan sikapmu.]

𝐽𝑒𝑤𝑒𝑙𝑒𝑑 𝑒𝑦𝑒𝑠Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang