Batas kepura-puraan (2)

4.3K 803 80
                                    

(Y/n) sering kali bertanya-tanya, Kenapa di setiap cerita pasca kehancuran dunia selalu ada banyak penjahat kacangan macam ini. Tapi sebagai seorang penulis (Y/n) tau hal itu dilakukan agar cerita menjadi semakin seru.

Memang seharusnya manusia bisa berfikir lebih rasional. Hanya saja (Y/n) meragukan jika semua manusia akan sepakan dalam satu suara. Apa lagi didunia tanpa ada yang memimpin, itu sangat sulit terjadi.

"Kayaknya mereka gak mau nyerahin ke kita deh. Hei, sana bunuh mereka!"

Para pria itu mulai mendekati (Y/n) dan Dokja.

Hwiiik!

Arah ayunan pipa besinya menyisakan jejak yang terlihat lucu. Gerakannya bukan ditujukan untuk membunuh. Malah, hantamannya juga tidak terlalu menyakitkan. Yang benar saja, padahal (Y/n) sudah siap menyetrum jikalau mereka benar-benar berbahaya.

"K-kalau kalian gak segera pergi dari sini, kalian bakal beneran mati. Pergi sana!"

Empat orang kini mengepung mereka. Salah satunya gemetaran, tapi yang lainnya tampak sangat santai. Mungkin karena mereka merasa menang jumlah.

"Kalian ini gimana sih?"

"Waaaaah!"

Bersamaan dengan suara teriakan itu, seseorang maju sendirian. Posturnya sangat terbuka penuh celah. Sedikit kecewa akan gerakan musuhnya (Y/n) maju lalu memegang pipa besi yang dibawa pria itu sebagai senjata.

Zrrt!

"Aaaaack! Tanganku! Tanganku!" Pekik pria yang disetrum oleh (Y/n). 

"Keparat!"

"Habisin mereka!"

Pria-pria ini tampak marah dan mulai menyerbu, tapi (Y/n) sama-sekali tidak merasa takut. Kekuatan mereka paling tidak jauh dari level 5. Baru saja mereka akan menyerang (Y/n) serta dokja hingga...

Tang! Kaaang!

"Ho... ? kalian mau apa dengan unnieku?" Suara familiar sontak membuat para pria disana merinding. "Hanna jangan bunuh mereka," ucap (Y/n) khawatir, mengangguk singkat kearah (Y/n). 

Hanna langsung memukul titik dileher para pria dan berhasil membuat beberapa diantara mereka pingsan.

[Para konstelasi dari sistem kebaikan absolut mengangguk-angguk setuju atas penghakimanmu.]

[Beberapa konstelasi menertawakan sikap humanismu.]

[Para konstelasi mensponsori 100 koin untukmu.]

Kalau membunuh sih memang akan lebih mudah. Apa lagi Hanna bisa melakukan itu dalam sejeap mata, tapi (Y/n) tidak mau menjadi alasan Hanna untuk membunuh. 

[Masih tersisa tiga menit sebelum skenario berakhir.]

Dua menit sudah berlalu. Dalam skenario dengan jangka waktu singkat seperti ini, efisiensi waktu harus diperhatikan.

"I-itu Min Hanna! Kita tidak akan menang!" Seru salah satu pria menyadari keberadaan Hanna. Merasa para bawahannya tidak akan bisa melawan jika ada gadis remaja itu akhirnya sang pemimpinpun bergerak maju.

"Aku tidak menyangka Hanna-ssi akan sampai turun tangan. Aku yakin ini bisa dibicarakan baik-baik," Ucap Cheolsoo mengangkat kedua tangannya sebentar. Dipakainya sepasang knuckle berwarna hitam yang berkilauan. Tampaknya itu bukan knuckle besi biasa.

Krak.

krak.

Suara gemeretak jari darikedua tangannya terdengar begitu keras.

𝐽𝑒𝑤𝑒𝑙𝑒𝑑 𝑒𝑦𝑒𝑠Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang