Perang Tahta (5)

3.2K 592 189
                                    

Setelah turun dari bioskop, Mereka segera menuju ke Stasiun Myeongdong bersama dengan Hyunsung dan Sangah. Stasiun Dongmyo juga penting, tapi ada sesuatu yang harus dilakukan lebih dulu.

Setelah membunuh Delegasi Myeongdong dan merebut benderanya, (Y/n) tau Dokja harus secepat mungkin menempati stasiun yang kini kosong itu. Hyunsung yang khawatir pun berkata, "Apa tidak apa-apa hanya kita saja yang berangkat?"

"Kita nggak bakal bertarung melawan mereka kok. Aku akan memutuskan apa yang perlu mereka lakukan. Kalau kubiarkan saja, sebentar lagi mereka pasti bakal mati."

Para 'gelandangan' yang kehilangan faksi, mereka akan menjadi santapan faksi lain kalau mereka tidak beruntung. Seperti nasib para anggota aliansi Tuan Tanah yang keluar dari Stasiun Chungmuro pagi tadi.

Akan tetapi begitu mereka tiba di Stasiun Myeongdong, pemandangan yang tak terduga menyambut kami. Orang-orang di Stasiun Myeongdong ternyata sudah dibabat habis. Dengan sadis pula.

(Y/n) melihat sekelompok pria berdiri di dekat Stasiun Myeongdong. Mereka lalu tampak terkejut dan segera kabur ke arah Stasiun Hoehyeong. Mereka tidak bisa megnejar sekelompok pria itu begitu saja, sebab pria-pria itu mengendarai sepeda motor.

Seakan-akan mereka tahu kalau mereka akan datang kemari. Ternyata tidak hanya satu-dua keanehan saja yang terjadi hari ini. Hyunsung pun bertanya, "Siapa mereka? Apa yang terjadi di sini?"

"Entahlah."

"Bahkan Dokja-ssi juga tidak tahu..."

Hyunsung pun menelan ludahnya dengan gugup. Untungnya tiang bendera Stasiun Myeongdong masih kosong. Kalau tidak ini akan jadi semakin merepotkan.

Tidak butuh waktu lama Dokja pun memasang benderanya ke tiang itu, lalu menariknya kembali. Tak lama, sebuah bendera yang serupa dengan miliknya muncul di tiang tersebut.

Melihat itu (Y/n) hanya dapat tersenyum puas sembari menepuk-nepuk punggung Dokja. Kini warna merah benderaku kini menjadi lebih gelap. Menandakan bahwa sebentar lagi Dokja akan mendapatkan Skenario rahasia.

Kalau tidak salah harusnya dibagian ini Dokja akan menggunakan nama Jonghyuk. Kalau begitu apa perlu (Y/n) pakai nama Seolhwa? sekali lagi jika memikirkan Seolhwa aura disekitar (Y/n) langsung berbunga-bunga.

"(Y/n)-ssi...?" Tanya Sangah ragu-ragu saat melihat senyuman lebar dengan aura bunga-bunga dari (Y/n). Menyadari tatapan Sangah, wanita itu menggelengkan kepalanya dengan cepat. "Iya ada apa?" Tanya (Y/n) yang kembali normal.

"Ayo, kata Dokja-ssi kita harus kembali," ajak Sangah mengulurkan tangannya pada (Y/n). Merasa dirinya diulurkan tangan oleh seornag bidadari (Y/n) langsung menyambar tangan Sangah. 

Menurut Sangah tingkah laku (Y/n) sangat menggemaskan. Apa lagi jika diingat umur (Y/n) yang lebih kecil darinya membuat Sangah mengelus-elus kepala (Y/n). '...Kenapa panas ya,' batin Dokja melihat pemandangan tersebut.

Mereka pun kembali ke Chungmuro, lalu mengumpulkan anggota party Dokja dan menjelaskan tentang skenario tersembunyinya. Heewon tampak sangat tertarik sedangkan Hyunsung tampak kebingungan. Sangah tampak cemas-cemas seperti biasa. Dan Hanna yang tampaknya bosan.

"Kok sepertinya skenarionya sulit... apa Dokja-ssi akan baik-baik saja?" Tanya Sangah dengan nada cemas. "Ya, tenang saja. Aku akan membawa (Y/n) bersamaku kok," Jawab Dokja dengan sangat enteng.

Hanna yang sedari tadi diam akhirnya angkat suara. "Kau pikir unnieku P3K pribadimu? Lagian aku selalu melihatmu membawa unnie," sinis Hanna menatap tajam Dokja. Pria itu tentu saja tidak terima dengan perlakuan yang ia dapat. 

"(Y/n) apa kau yakin kita akan melibatkan anak satu ini?" Tanya Dokja dengan perempatan imajenir dikepalanya. Hanna langsung memasnag wajah mengejek sambil mengibas-ngibaskan tangannya didepan wajah. "Kenapa om? gerah ya?" Ledek Hanna dengan wajah polos.

𝐽𝑒𝑤𝑒𝑙𝑒𝑑 𝑒𝑦𝑒𝑠Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang