Safa terbangun merasakan tidak nyaman pada tidurnya, posisi Safa membelakangi Cakra dan tangan lelaki ini melingkar di perut Safa.
Ketika itu pula Safa merasa jika bagian pahanya terasa basah, secara perlahan Safa mengangkat tangan Cakra supaya bisa turun dari ranjang.
Mata Safa melebar mendapati noda merah di sprei dan yang paling parah sampai mengenai celana Cakra, "mampus gue," gumamnya.
Cakra tengah tertidur lelap membuat Safa tidak tega membangunkan. Ini pertama kalinya bagi Safa melihat Cakra tertidur tenang apalagi terlihat tampan. Safa bingung harus melakukan apa jika dibiarkan begitu saja Cakra pasti merasa ilfeel padanya nanti , rasanya Safa ingin menangis sekarang tidak tau harus melakukan apa.
"Om? Om Cakra?" Panggilnya pelan, suara itu dapat membuat Cakra terbangun.
"Hum?" Cakra mengusap matanya mengangkat kepala menatap Safa sudah berdiri. "Kamu bangun?"
"Anu, maaf ganggu tidurnya Om. Tapi celana Om kotor gara-gara aku, maaf, " ucap Safa langsung menangis.
"Safa? Kenapa menangis?" Cakra mengubah posisi menjadi duduk jadi panik ketika Safa menangis, ia melihat sprei dan celananya. "Tidak apa-apa, ganti dulu celana kamu, sudah jangan menangis," ucap Cakra turun dari ranjang mengusap kepala Safa.
"Maaf Om, aku gak tau kalo begini biasanya enggak," ucap Safa masih merasa bersalah.
"Pasti karna posisi tidur kamu, tidak apa-apa Safa." Cakra merendahkan tubuhnya kemudian mengusap air mata Safa. "Ganti dulu pasti kamu gak nyaman."
Safa mengangguk menuju kamar mandi tapi ia kembali lagi ke dalam menghampiri Cakra. "Pembalutnya ada di kamar aku," adu Safa meneteskan air mata merasa bersalah bercampur malu.
"Saya temani, ayo kita ambil." Cakra memegang pundak Safa mengajak keluar kamar.
Setelah mengambil pembalut dan celana, Safa mengganti di kamar mandi dan Cakra juga mengganti celananya. Pada bagian sprei yang terkena noda, Cakra mengelapnya dengan tissu basah lalu meletakkan handuk di atas noda tersebut.
Safa keluar dari kamar mandi menghapus air matanya, Cakra tersenyum menarik Safa mendekatinya duduk di tepi ranjang.
"Kenapa menangis? Perutnya sakit lagi?"
Safa menggeleng, "Om marah ya?"
"Tidak."
"Bohong. Om pasti ilfeel banget ke aku, Om tidur di kamar aku aja. Besok spreinya aku yang cuci."
"Safa, tenang dulu." Cakra mengusap air mata Safa, "sudah ya? Kita tidur lagi. Tidak apa-apa."
"Sini." Cakra menepuk bagian tidak bernoda untuk Safa tiduri, awalnya Safa menolak ingin tidur di tempat yang dialasi handuk supaya jika bocor lagi tidak langsung mengenai sprei.
KAMU SEDANG MEMBACA
Safaluna Cakrawala (END)
Teen FictionSafaluna Anum Kaityln gadis berparas cantik ini dijodohkan dengan pria 10 tahun lebih tua darinya, lelaki itu bernama Cakrawala Atharrayhan seorang pengusaha yang sama sekali tidak percaya dengan cinta. Safa yang lelah terus menghadapi tugas akhir k...