___ *** ___
Cakra terbangun dari tidurnya saat membuka mata ia merasakan atmosfer kamar yang berbeda, dari aroma, suasana, ditambah sesuatu yang menempel padanya. Mata Cakra seperti sudah diatur bangun setiap jam 5 pagi, Cakra menatap sekitar sekarang ia berada di kamar Safa.
Gadis ini masih tertidur lelap dengan tangan melingkar diperut Cakra, Cakra mengamati wajah Safa kala tertidur begitu tenang hanya terdengar suara nafas pelan.
Semalam Cakra meminta untuk memeluk Safa dan langsung disetujui. Saat berpelukkan Cakra merasakan hal yang berbeda, wangi tubuh Safa sangat sopan masuk ke dalam hidungnya belum lagi kulit tubuh Safa begitu lembut dan halus.
Cakra ingin memastikan apakah satu ranjang bersama Safa membuat tidurnya nyenyak ternyata berhasil, meski masih sulit untuk terlelap tapi Cakra merasa lebih baik bangun kali ini.
Lengan Cakra terasa mati rasa karna dijadikan bantalan bagi kepala Safa namun ada perasaan tenang dalam dirinya, mungkin Safa bisa membantunya mendapatkan tidur nyenyak kembali.
Secara pelahan Cakra mengangkat kepala Safa dan menarik tangannya, ia mengambil bantal menggantikan tangannya. Cakra menarik selimut menutupi tubuh kecil ini mengusap rambut Safa tidak langsung pergi Cakra malah memerhatikan wajah Safa.
***
"Hah!" Safa terperanjat dari tidur menyadari tidak ada Cakra di sampingnya. Safa mengingat jika Cakra memeluknya semalam dan sekarang kemana lelaki itu.
Safa mengambil bantal lalu mengendusnya tercium aroma Cakra berarti Safa memang benar tertidur di dalam pelukkan Cakra. Safa turun dari ranjang berlari memasukki kamar mandi untuk mencuci wajah setelah itu bergegas keluar dari kamar.
"Om Cakra!" Teriaknya menuruni tangga berlari ke ruang tamu, ia bernafas lega melihat Cakra masih memakan sarapannya di sana.
"Kenapa lari-lari? Ayo sarapan," ajak Cakra menatap Safa mendekat.
"Om kenapa gak bangunin aku? Aku bisa bikinin sarapan atau kopi buat Om." Safa menarik kursi dan duduk di dekat Cakra.
"Saya tidak tega membangunkan kamu, ada asisten rumah yang menyiapkan sarapan."
"Hm, kemarin aku bikin sarapan aja gak dimakan," sindir Safa menuangkan air ke gelas.
"Saya minum kopi manis kamu," jawab Cakra memakai kalimat manis agar Safa peka.
"Iya, tapi sup ayamnya? Enggakkan?" Safa mengerucut bibirnya lalu meminum air.
"Saya fikir bukan kamu yang memasaknya, tapi kenapa kamu makan seingat saya kamu tidak suka sup ayam?"
"Memang gak suka tapi siapa lagi yang mau makan? Om gak mau. Dari pada kebuang ya aku makan."
Ternyata ini maksud hati Safa kemarin sampai-sampai mendiami Cakra, jika saja Safa berterus terang Cakra akan mengerti. "Saya mau, besok buatkan lagi ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Safaluna Cakrawala (END)
Teen FictionSafaluna Anum Kaityln gadis berparas cantik ini dijodohkan dengan pria 10 tahun lebih tua darinya, lelaki itu bernama Cakrawala Atharrayhan seorang pengusaha yang sama sekali tidak percaya dengan cinta. Safa yang lelah terus menghadapi tugas akhir k...