___ *** ___
Cakra kembali mendatangi dokter yang menangani kondisinya selama ini, kali ini Cakra berbicara sejujur-jujurnya mengenai kondisinya masih kesulitan tidur, bermimpi buruk dan sekarang sampai melampiaskan pada istrinya sendiri.
Saat ini Cakra berada di dalam ruangan, duduk di kursi dan di hadapannya ada sebuah boneka.
"Jika Safa ada dihadapanmu apa yang akan kamu katakan Cakra?" Tanya seorang wanita memperhatikan wajah Cakra.
"Saya akan meninggalkan kamu sendirian supaya kamu bisa berbicara pada Safa dengan leluasa," ucap wanita ini menghela nafas Cakra tidak mau bekerja sama.
Cakra memang menceritakan semua di hari pertama konsultasinya dan di hari-hari berikutnya Cakra enggan berbicara, ia lebih memilih mendengarkan saran dokter.
Suara pintu ruangan tertutup.
Cakra menundukkan kepalanya menatap boneka di kursi, mata Cakra tiba-tiba memerah dan berair sedetik kemudian Cakra tertawa sambil mengusap matanya.
"Bahkan gue gak sanggup ngomong apapun saking berdosanya gue, Safa."
Selanjutnya Cakra kembali terdiam, ia tahu bahwa dirinya sedang diawasi dan hasil penyembuhan hari ini akan dilaporkan pada Kakek dan Neneknya Cakra sudah hafal alurnya.
Cakra butuh Safa di hadapannya bukan barang sebagai perantara.
Selesai terapi Cakra kembali menuju perusahaan melanjutkan pekerjaannya. Sesuatu seperti hilang dari diri Cakra, tanpa sebab Cakra selalu memeriksa handphone karna biasanya Safa selalu mengirimkan foto untuknya tapi kali ini handphone Cakra menjadi sepi.
Tanpa kehadiran Safa hidup Cakra kembali monoton. Fikirannya dihantui rasa bersalah, membuat Cakra semakin susah untuk tidur.
Tibalah jam pulang bekerja, Aditya memasukki ruangan Cakra mendapati Cakra tengah melamun menatap layar komputer.
"Sebaiknya segera pulang, sebelum Kakek dan Nenek khawatir. Gue bakal berterus terang kalo lo masih di perusahaan," ucap Adit, jika Cakra tidak pulang Adit akan menemaninya itu sama saja menambah pekerjaan Aditya.
Cakra tersadar dari lamunannya, "lo bisa pulang duluan gue bukan anak kecil yang perlu dijagain."
"Nyatanya lo memang anak kecil," balas Adit mengejek Cakra.
"Terima kasih pujiannya," ucap Cakra berdiri dari duduknya keluar dari ruangan meninggalkan Adit sendirian.
Di parkiran seseorang sudah menunggu kedatangannya, tepat di sebelah mobil Cakra ada mobil Zafran terparkir. Zafran bersandar di mobilnya menatap Cakra, otaknya berfikir dibagian mana ia harus memberikan pukulan.
Cakra berdiri di hadapan Zafran, "lakuin sekarang," ucapnya.
Zafran tetap diam saat melihat kondisi Cakra menurunkan nyalinya membalas dendam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Safaluna Cakrawala (END)
Ficção AdolescenteSafaluna Anum Kaityln gadis berparas cantik ini dijodohkan dengan pria 10 tahun lebih tua darinya, lelaki itu bernama Cakrawala Atharrayhan seorang pengusaha yang sama sekali tidak percaya dengan cinta. Safa yang lelah terus menghadapi tugas akhir k...