53. TUAN PUTRI

41K 1.7K 122
                                    

___ *** ___

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

___ *** ___

Tidur nyenyak Safa mulai terusik, tangannya meraba kasur merasakan suami tidak ada di sini. "Perutku," ucap Safa mengusap perutnya.

Safa mengubah posisi menjadi duduk sembari mengatur nafas, "Om Cakraaa," rengeknya, sayangnya hanya ia sendiri berada di dalam kamar ini.

Ia mengambil botol minum di meja nakas dan meminumnya, baru sekali tegukkan air membasahi kerongkongannya Safa tiba-tiba ingin muntah.

Di dalam kamar mandi Cakra terkejut Safa terburu masuk ke dalam kamar mandi, Safa terduduk di depan kloset mencoba muntah namun hanya air liur keluar dari mulutnya.

Cakra mengambil handuk melingkarkan di pinggangnya lalu mendekati Safa, "rileks sayang, atur nafas kamu," ucap Cakra mengusap bagian belakang leher istrinya dan turun ke punggung.

"Mau muntah tapi gak bisa, perutku gak enak huek." Safa terus memaksa mengeluarkan isi lambungnya sampai terkeluar sedikit barulah ia merasa lega.

Air mata Safa sampai terkeluar merasakan betapa tidak enaknya situasi ini. Cakra mengambil tissu mengusap mulut Safa dan membantunya menuju wastafel untuk berkumur-kumur.

"Mama," gumam Safa disertai tangisnya semakin menjadi-jadi, "Mama, mau mama."

Cakra memeluk tubuh Safa mengusap punggung istrinya, bahu Safa naik turun dan kedua tangannya terkepal kuat. Tubuhnya benar-benar tidak enak belakangan ini.

"Mau mama, aku mau sama Mama. Om Cakraaa," panggil Safa mendongakkan kepala menatap suaminya.

"Iya aku hubungi Mama, kamu tenang dulu sayang," ucap Cakra menangkup kedua pipi Safa menghapus air mata yang mengalir turun. "Kita ke kasur," ajaknya menggendong tubuh Safa keluar dari kamar mandi.

Cakra segera mengenakan pakaian, setelah itu menelpone mama mertuanya meminta agar datang menemui Safa sekarang. Sembari menunggu mama Lia tiba, Cakra berada di ranjang bersama Safa sedang memijat tubuh Safa supaya lebih baik.

"Perut kamu masih gak enak?" Cakra memijat telapak tangan Safa. "Bagian mana lagi yang sakit?"

Safa membalasnya dengan anggukan, "perut gak enak, terus badanku lemes."

"Lebih baik tidur lagi," ucap Cakra membaringkan tubuh Safa, supaya lebih hangat dan rileks ia mengusapkan minyak telon ke bagian perut, leher, dan punggung Safa.

"Mau coba sarapan? Aku buatin bubur, makannya pelan-pelan." Cakra mulai membujuk Safa.

"Tapi ini masih kepagian," ucap Safa, saat ini menunjukkan waktu 6 pagi. "Mama masih lama ya?"

"Sebenar lagi sampai, karna ini weekend jalanan pasti lengang. Sabar sayang," ucap Cakra mengusap kepala Safa lalu tangannya turun mengusap perut istrinya ini.

"Aku hampir lupa, hari ini mau ngajak kamu fitting baju wisuda, jam sepuluh udah janji sama kak Isya."

"Liat dulu keadaan kamu, kalau membaik kita bisa pergi atau Isya bisa datang ke sini?"

Safaluna Cakrawala (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang