___ *** ___
Safa terbangun dari tidurnya, bukannya bangkit dari tidur Safa malah mengubah posisi jadi tengkurap menarik selimut menutupi seluruh tubuhnya.
Tidur Safa begitu nyenyak apalagi suasana mendukung, kasur empuk disertai udara dingin mendukung Safa bermalas-malasan, ia bisa saja menjadi putri tidur.
"Good morning," sapa Cakra keluar dari kamar mandi bersama handuk melilit di pinggangnya.
"Jam berapa sekarang?" Tanya Safa masih memejamkan mata.
"5 pagi."
"Hah? Om mandi sepagi ini? Apa gak dingin?" Safa menolehkan kepalanya menatap Cakra sedang mengeringkan tubuh.
"Bukan dingin tapi segar, tidak bisanya bangun jam seperti ini. Tidurnya nyenyak?"
"Uhm, nyenyak banget. Tapi mata aku udah seger liat pemandangan sekarang, badan Om bangus banget. Hehe," puji Safa tersenyum di wajah polosnya.
Cakra membalas senyuman Safa sembari memakai t-shirt berwarna putih dan boxer, tidak lupa Cakra mengantung handuk pada tempatnya dan mendekati Safa.
"Masih pagi udah siap-siap berangkat kerja, aku males bikin sarapan sekarang. Tidur lagi ayo?" Bujuk Safa menarik lengan Cakra.
"Saya mau makan masakan kamu," ungkap Cakra menarik tubuh Safa kepelukannya.
"Nanti ya Om? Sekarang posisinya enak banget." Safa menggerakkan tubuhnya mencari posisi ternyaman.
Cakra mencium rambut Safa, menyingkirkan rambut di dahi istrinya mengecup dahi itu cukup lama.
"Ini enggak dicium?" Safa menunjuk bibirnya.
"Boleh?"
Safa lebih dulu memajukan bibirnya membuat Cakra mengecup bibir itu. Safa mengubah posisi jadi duduk membuat lengan dress tidur hanya sejari terjatuh ke bahunya, penampilan Safa benar-benar berantakkan tapi malah terlihat sexy.
"Om aku mau tanya!"
"Apa?"
"Om lagi kepengen sesuatu gak? Atau ada keinginan belum tercapai sampai sekarang?"
Cakra terdiam sejenak membaca ke arah mana pembicaraan Safa. "Saya rasa, tidak. Saat ini saya mempunyai pekerjaan, sudah menikah dan bisa membuat Nenek senang. Semuanya cukup bagi saya."
"Yah, hal kecil ada gak? Mungkin Om punya jam tangan inceran yang selalu sold out, atau pengen beli ice cream karna Om sibuk jadi gak pernah sempet beli? Coba Om Cakra fikir lagiii!!" Bujuk Safa.
"Saya ingin makan di angkringan."
"Hah? Maksudnya Om?"
"Dulu saat kuliah saya dan teman-teman selalu makan di angkringan setiap malam. Momentnya terasa sampai sekarang, tiba-tiba saya merindukannya," jelas Cakra membuat Safa tercengang lalu menepuk jidatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Safaluna Cakrawala (END)
Teen FictionSafaluna Anum Kaityln gadis berparas cantik ini dijodohkan dengan pria 10 tahun lebih tua darinya, lelaki itu bernama Cakrawala Atharrayhan seorang pengusaha yang sama sekali tidak percaya dengan cinta. Safa yang lelah terus menghadapi tugas akhir k...