62. MENANGIS LALU TERSENYUMLAH

32.9K 1.5K 45
                                    

___ *** ___

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

___ *** ___

Pada ruangan kerja di perusahaan Cakra duduk di kursi sembari menyandarkan punggungnya, ia memijat batang hidungnya sembari memejamkan mata.

Terdengar suara pintu terbuka, Adit masuk ke dalam ruangan lalu memberikan jadwal Cakra dalam satu minggu.

Cakra membuka mata mengambil berkas itu, ia membacanya dengan teliti. "Kira-kira gue bisa cuti satu minggu?" tanya Cakra meletakkan kembali schedule. "Gue bisa kerja dari rumah kalo pun gak memungkinkan ambil cuti."

"Hari selasa dan rabu mungkin bisa tapi hari selanjutnya lo ada pertemuan dan jadwal penting lainnya," ucap Adit menatap Cakra tampak risau. "Kondisi Safa belum membaik?"

Keadaan Safa semakin menurun setelah kepergian bayi itu, di malam hari setelah Cakra mengantarkan bayi ke panti asuhan suhu tubuh Safa tinggi istrinya terkena demam.

"Dokter bilang fikiran Safa mempengaruhi kondisi tubuhnya, gue harus didekat Safa buat mastiin kondisinya," ucap Cakra.

"Coba lo alihin fikiran Safa atau ajak jalan-jalan mungkin bisa ngebantu. Gue dan Zafran gak expect Safa malah kefikiran mau ngerawat bayi itu," ucap Adit.

"Gak ada gunanya disesali," ucap Cakra beranjak dari duduk mengambil handphone dan kunci mobilnya. "Gue pulang dulu, lo bisa hubungin kapanpun selama itu urusan pekerjaan."

Adit berdiri mengikuti Cakra keluar dari ruangan, "Maaf terus-terusin ngelibatin lo."

Cakra masuk ke dalam lift menatap Adit, Adit membungkukkan tubuhnya sebelum lift tertutup.

***

"Tuan anda pulang lebih cepat hari ini," sapa Bi Ayu membuka pintu rumah untuk atasannya.

"Uhm, istri saya dimana?"

"Non Safa baru tadi selesai berolahraga, sekarang ada di kamar Tuan."

"Baiklah, saya minta tolong siapkan cemilan untuk istri saya," ucap Cakra berlalu menuju kamar.

Setiap menanyakan dimana istrinya jawaban asisten rumah selalu berada di kamar, perempuan yang dulu lebih banyak menghabiskan waktu bermain di luar kini selalu mengurung diri di rumah.

Cakra membuka pintu perlahan, tebakkannya benar Safa terbaring di atas ranjang. Istrinya memejamkan mata dalam balutan selimut, padahal jam masih menunjukkan pukul 10 pagi.

Ketika mendekat, aroma tubuh istrinya menguar. Sepertinya Safa baru selesai mandi dan tertidur, tubuh Cakra menunduk menciumi pipi istrinya.

Dengan sentuhan pelan Cakra meraih tangan Safa sembari menatap wajah istrinya begitu sembab. Bulu mata istrinya terlihat basah lagi-lagi Safa masih menangisi bayi itu.

"Sayang?" panggil Cakra.

"Sayang aku pulang," panggilnya lagi, Safa selalu tidur di siang hari menyebabkan kesulitan tidur di malam hari.

Safaluna Cakrawala (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang