Selamat weekend semua, Safa & Cakra kembali lagi. Jangan lupa komen sebanyak-banyaknya okey?Kita langsung aja mulai!
___ ***___
Suara detak jam dinding membuat Safa terbangun dari tidurnya, kepalanya berdenyut nyeri tapi anehnya perasaannya membaik.
Safa melihat pakaian tercecer di lantai, ia kembali mengingat-ingat apa yang terjadi semalam. Suara hembusan nafas menyapu punggungnya membuat Safa semakin yakin jika semua bukanlah khayalan.
Perlahan Safa membalikkan tubuh menatap Cakra tertidur pulas di sebelahnya, Safa menaikkan selimut mengintip ke dalam matanya melebar menemukan ia tidak mengenakan pakaian begitu pun Cakra.
Safa tidak percaya mereka melakukan hal itu semalam, seketika jantungnya berdebar Safa segera turun dari ranjang memungut pakaiannya masuk ke dalam kamar mandi.
"Gue harus gimana, langsung kabur?" Gumam Safa memasang pakaiannya.
"Goblok! Kenapa lo bego banget Safa! Gimana kalo orang rumah tau lo disini!" Rutuk Safa pada dirinya sendiri.
Safa duduk di atas closet duduk meraih ponselnya ada banyak panggilan masuk dari Liam dan orang tuanya, Safa harus bagaimana sekarang.
"Mati gue," gumam Safa menangkup wajahnya, jangan sampai orang tuanya tahu. "Gue harus pergi sebelum Om Cakra bangun."
"Safa?"
Safa berlari mengunci pintu kamar mandi mendengar suara Cakra, knop pintu tiba-tiba bergerak, "Safa kamu ada di dalam?" Panggil Cakra mengetuk pintu, sementara Safa menutup mulutnya bersandar di balik pintu.
Mata Safa seketika memanas setelah sekian lama ia bisa mendengar suara Cakra lagi.
Cakra mondar-mondir mengusak rambut khawatir pada Safa di dalam kamar mandi, Cakra sudah mengenakan pakaiannya.
"Safa? Saya tau kamu mendengar suara saya. Kamu baik-baik saja?"
Safa menggeleng, ia tidak pernah baik-baik saja selama ini. Safa tidak dapat menahan tangisannya, Safa terduduk di lantai menutup wajahnya terus menangis.
"Buka pintunya saya mohon Safa," pinta Cakra mendengar Safa menangis.
Suara kunci pintu terbuka Cakra membuka pintu perlahan karna ada Safa dibaliknya, Safa duduk di lantai tepat di hadapan Cakra.
"Safa?" Panggil Cakra lagi namun Safa masih tetap menundukkan kepalanya.
"Pasti menyakitkan, saya benar-benar brengsek memperlakukan kamu seperti ini. Tapi Safa, saya- saya merindukan kamu," ungkap Cakra tangannya tergerak mengusap rambut Safa.
Safa mengangkat kepalanya secara tiba-tiba memeluk Cakra, "aku takut, aku takut Om," ucapnya terus menangis.
Mendengar tangisan Safa begitu pilu, mata Cakra ikut berair dan membalas memeluk Safa erat. Cakra merindukan istrinya, kini Cakra bisa memeluk Safa lagi, "you got hurt because of me, saya menyesal Safa, tidak perlu memaafkan saya but I never meant to hurt you."
KAMU SEDANG MEMBACA
Safaluna Cakrawala (END)
Teen FictionSafaluna Anum Kaityln gadis berparas cantik ini dijodohkan dengan pria 10 tahun lebih tua darinya, lelaki itu bernama Cakrawala Atharrayhan seorang pengusaha yang sama sekali tidak percaya dengan cinta. Safa yang lelah terus menghadapi tugas akhir k...