___ *** ___
Cakra mengubah posisi tidurnya ke samping hendak memeluk Safa tapi ia tidak merasakan apa-apa, tangannya meraba-raba sekitar tidak ada Safa disini.
Apa mungkin Cakra kesiangan, Cakra langsung membuka mata melihat jam menunjukkan pukul 5 pagi. Cakra kembali merebahkan tubuhnya, yang jadi pertanyaan kemana Safa sepagi ini tidak biasanya bangun lebih awal.
"Safa?" Panggil Cakra mungkin gadis itu ada di kamar mandi, tapi tidak ada sahutan.
Cakra bangkit dari kasur menuju kamar mandi dan benar tidak ada Safa. Cakra berfikir mungkin Safa mengganti pembalut di kamarnya, lebih baik ia mandi sekarang bersiap-siap pergi bekerja.
Karena luka di telapak tangannya masih berdarah, Cakra mengoleskan salap luka dan memakai perban. Luka ini cukup merepotkan tapi bisa meringankan fikirannya. Cakra sudah siap dengan penampilannya lalu memakai jam tangan serta perfume.
Selanjutnya Cakra keluar dari kamar untuk sarapan, Cakra tidak perlu mengajak Safa sarapan bersama pasti fokus Safa pada tangannya yang terluka. Tapi rencana Cakra gagal, ia melihat istrinya berada di meja makan menata sarapan di sana.
"Safa?"
"Selamat pagi om Cakra!" Sapa Safa mendekat. "Pasti heran aku bangunnya kepagian? Sengaja! Aku mau bikinin sarapan buat Om!"
"Terima kasih, saya tidak sabar mau mencoba masakan kamu."
"Ayok Om, udah siap. Tinggal dimakan aja," ajaknya mempersilahkan Cakra duduk.
Safa menyiapkan sarapan simple, brokoli, kentang rebus, telur mata sapi dan sosis ditata dalam satu piring.
Di rasa mood Safa baik pagi ini artinya Safa tidak marah soal kemarin, Cakra menatap Safa menyiapkan air minum untuknya.
"Maaf saya tidak menjawab telpone kemarin, kamu marah?"
Safa meletakkan segelas air mineral di dekat piring lalu duduk di sebelah Cakra, "Om jahat banget, kemarin ngapain aja sampe aku dighosting?"
"Saya tidak sempat memegang handphone."
"Iya gak apa-apa kok, Om suka gak menu sarapannya? Meskipun bikinnya gampang semoga aja enak," ucap Safa mengubah pembicaraan.
"Suka," jawab Cakra meminum air mineral lebih dulu.
"Dicoba aja belum udah bilang suka," cibir Safa menatap Cakra.
Cakra mulai memakan satu persatu makanan tatapannya tertuju pada Safa. Wajah bingung gadis ini yang menanti reaksinya membuat Cakra tidak bisa menyembunyikan tawanya.
"Kok ketawa? Makanannya aneh?"
"Tidak, sarapannya enak. Hanya saja ekspresi wajah kamu lucu sekali."
"Aku penasaran rasanya enak atau enggak!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Safaluna Cakrawala (END)
Novela JuvenilSafaluna Anum Kaityln gadis berparas cantik ini dijodohkan dengan pria 10 tahun lebih tua darinya, lelaki itu bernama Cakrawala Atharrayhan seorang pengusaha yang sama sekali tidak percaya dengan cinta. Safa yang lelah terus menghadapi tugas akhir k...