65. BABY MOCHI

45.2K 1.8K 88
                                    

Satu bulan kemudian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Satu bulan kemudian.

Hari kelahiran sudah diperkirakan, dokter menyarankan Safa berada di rumah sakit seminggu sebelum kelahiran namun Safa menolak.

Safa tidak mau berada di rumah sakit terlalu lama, hawa rumah sakit sangat berbeda meski memesan kamar semahal apapun otak Safa masih berfikir ia tinggal di rumah sakit.

Cakra mengajukan cuti selama 2 minggu, saat ini Cakra berada di rumah menjaga istrinya mengantisipasi tiba-tiba Safa kontraksi diluar waktu perkiraan.

"Om agak banyakkan ya spaghettinya aku laper banget," ucap Safa menatap suaminya sedang memasak sementara Safa berada di kursi menyantap buah apel.

"Iya, badan kamu masih kerasa sakit gak?"

"Enggak, gak ngerasain nyeri sekarang. Udah dong Om jangan nanya tentang itu terus, aku jadi gugup."

"Maaf ya sayang."

"Aku seneng bentar lagi kita bakal ketemu baby mochi, tapi pas denger gimana rasa proses ngelahirin nyaliku ciut," keluh Safa tiba-tiba ia menepuk meja. "Tapi aku tetep bersemangat demi baby mochi! Bentar lagi aku bisa gendong anakku, bisa cium-cium, bisa diajak main."

Cakra terkekeh, "aku gak sabar liat kamu versi mini."

"Eh? Enggak, aku punya firasat anak kita mirip kamu," ucap Safa asik mengunyah apelnya, "nanti setelah baby mochi lahiran kita bikin baby mochi part 2 yang mirip aku."

"Istriku semangat banget." Cakra menyelesaikan masakkan lalu menata di piring. "Tapi aku lebih suka bayi kita mirip kamu, bayangin ada banyak kamu versi kecil di rumah ini. Tiap pulang kerja lelahku pasti hilang."

Cakra selesai menata spaghetti dan membawa dua piring menuju pantry. Senyuman Cakra memudar, ia melihat Safa duduk di kursi raut wajah istrinya berubah.

"Om," panggil Safa, buah apel di tangannya jatuh begitu saja.

Cakra meletakkan piring disembarang tempat, ia mendekati istrinya. "Sayang kamu gak apa-apa? Perut kamu sakit?" Cakra panik, ia bergerak risih bingung ingin melakukan apa. 

Padahal Cakra sudah menyusun rencana di otaknya apa yang akan ia lakukan saat seperti ini terjadi, "ambil kunci mobil, telepone Mama sama Nenek," gumam Cakra matanya berkeliling mencari handphone.

"Sayang sebentar, tunggu sebentar aku ambil kunci mo- SAFAAA!!!" Cakra otomatis berteriak bukannya duduk tenang Safa malah berjalan mengambil air minum.

"Kenapa? Aku hausss!!!" balas Safa terkejut Cakra meneriakkinya.

"Kamu jangan jalan-jalan nanti sakit sayang!" Cakra menggendong Safa, wajahnya lebih panik sementara Safa tampak begitu santai karna belum merasakan apapun.

Cakra membawa Safa menuju sofa ruang tamu, "kamu tunggu disini, aku ambil mobil," ucap Cakra berlari keluar dari rumah menuju garasi.

Tidak ada waktu memberitahu asisten rumah lagi, Cakra menghentikan mobil tepat di depan pintu. Ia turun dari mobil masuk ke rumah menggendong Safa ke dalam mobil.

Safaluna Cakrawala (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang